Ilustrasi. Foto: Freepik.
Jakarta: Cut loss sering dianggap sebagai kegagalan dalam investasi, padahal strategi ini justru menjadi bagian penting dari manajemen risiko. Berikut panduan lengkap mengenali cut loss dan timing yang tepat berdasarkan analisis IDX Islamic dan Indodax.
Cut loss adalah tindakan menjual aset seperti saham atau kripto pada harga lebih rendah dari harga beli untuk membatasi kerugian. Sesuai definisi OJK, cut loss bukanlah kegagalan, melainkan strategi protektif agar kerugian tidak semakin dalam.
Strategi cut loss
Dalam praktiknya, terdapat tiga strategi
cut loss yang bisa diterapkan investor:
1.
Full cut loss
Full cut loss yakni menutup seluruh posisi sekaligus ketika pasar sangat fluktuatif dan sulit diprediksi. Strategi ini biasanya dilakukan dalam kondisi krisis atau saat sentimen negatif berkepanjangan.
2.
Partial cut loss
Partial cut loss atau menutup sebagian posisi sambil mempertahankan sisanya agar tetap memiliki peluang pemulihan. Strategi ini cocok saat volatilitas pasar sedang, sehingga investor dapat mengurangi risiko tanpa sepenuhnya kehilangan potensi keuntungan.
(Ilustrasi. Foto: Freepik)
3.
Drifting cut loss
Ketiga,
drifting cut loss, yaitu menentukan level
cut loss yang menyesuaikan pergerakan harga aset. Jika harga naik, level
cut loss ikut naik, sementara jika harga turun, level tersebut tetap atau disesuaikan kembali.
Kapan harus cut loss
Cut loss juga sebaiknya dilakukan pada kondisi tertentu. Misalnya ketika harga saham atau kripto turun signifikan tanpa tanda pemulihan, ketika batas kerugian yang ditetapkan investor, contoh sekitar 10 hingga 15 persen dari modal telah terlampaui, ketika fundamental emiten memburuk akibat penurunan pendapatan, peningkatan utang, atau skandal perusahaan, serta ketika pasar mengalami koreksi berkepanjangan akibat faktor eksternal seperti isu geopolitik, krisis ekonomi, atau kebijakan moneter.
Dengan demikian,
cut loss merupakan strategi cerdas untuk melindungi modal dari kerugian lebih besar. Investor disarankan melakukannya dengan disiplin berdasarkan analisis fundamental maupun teknikal, bukan didorong oleh emosi. (
Muhammad Adyatma Damardjati)