Warga Kumpulkan Jenazah Korban Kekerasan Operasi Polisi Mematikan di Brasil

Operasi polisi Brasil yang menyasar pengedar narkoba. Foto: EPA

Warga Kumpulkan Jenazah Korban Kekerasan Operasi Polisi Mematikan di Brasil

Fajar Nugraha • 30 October 2025 05:57

Rio de Janeiro: Warga menuduh polisi Brasil melakukan pembantaian setelah penggerebekan anti-geng narkoba di Rio de Janeiro.

Di sela-sela tangisan dan aroma kematian, warga sebuah favela di utara Rio de Janeiro mengantrekan lebih dari 50 jenazah di sebuah alun-alun pada Rabu 29 Oktober 2025 – sehari setelah operasi polisi mematikan melawan perdagangan narkoba. Operasi polisi ini dilaporkan menewaskan sedikitnya 132 orang.

Seorang reporter kantor berita AFP menyaksikan sesosok jenazah yang dipenggal, jenazah lainnya dengan kepala hancur, dan warga lainnya melaporkan "eksekusi".

Operasi tersebut, yang paling mematikan dalam sejarah Rio, bertujuan untuk menumpas Comando Vermelho, atau "Komando Merah", kelompok kriminal utama yang beroperasi di favela, lingkungan yang sangat padat penduduknya di kota tersebut.

Menteri Kehakiman Brasil Ricardo Lewandowski mengatakan tentang penggerebekan pada hari Selasa bahwa Presiden Luiz Inácio Lula da Silva "ngeri dengan banyaknya insiden fatal dan terkejut bahwa operasi sebesar ini dilakukan tanpa sepengetahuan pemerintah federal."

Empat petugas polisi tewas dalam operasi bergaya militer tersebut, yang melibatkan 2.500 petugas dalam menghadapi organisasi kriminal paling kuat di Rio.

Di tengah barisan jenazah pada Rabu pagi, seorang perempuan berteriak sambil membungkuk di atas jenazah salah satu korban, yang ditutupi kain kafan darurat, beberapa berlumuran darah.

Dua gadis, dengan wajah berlinang air mata, dengan lembut membelai wajah seorang pria yang telah meninggal, terbungkus kain bermotif bunga, lalu berpelukan erat.

"Negara datang untuk melakukan pembantaian, itu bukan operasi [polisi]. Mereka datang langsung untuk membunuh, untuk merenggut nyawa," ujar seorang perempuan, yang tidak ingin disebutkan namanya, kepada AFP, sambil menyentuh wajah korban lainnya.

Pihak berwenang awalnya mengatakan bahwa "60 penjahat" tewas dalam pertempuran yang terjadi selama penggerebekan narkoba di Kompleks Penha dan Kompleks Alemão, yang terletak di dekat bandara internasional Rio, tetapi jumlah korban tewas terus meningkat.

Warga yang marah menuduh polisi melakukan pembunuhan massal.

"Ada orang yang telah dieksekusi, banyak dari mereka ditembak di belakang kepala, ditembak di punggung. Ini tidak bisa dianggap sebagai keselamatan publik," kata Raul Santiago, seorang warga dan aktivis berusia 36 tahun.

Pengacara Albino Pereira Neto, yang mewakili tiga keluarga yang kehilangan kerabat, mengatakan kepada AFP bahwa beberapa jenazah memiliki "bekas luka bakar" dan beberapa dari mereka yang tewas telah diikat.

"Beberapa dibunuh dengan darah dingin," kata Neto.

Sejumlah besar petugas polisi yang terlibat dalam operasi tersebut didukung oleh kendaraan lapis baja, helikopter, dan drone, sementara jalanan di favela-favela tersebut dipenuhi adegan-adegan seperti perang.

Polisi dan tersangka anggota geng saling tembak-menembak. Kebakaran meletus di sekitar permukiman. Pihak berwenang menuduh para tersangka menggunakan bus sebagai barikade dan menggunakan drone untuk menyerang polisi dengan bahan peledak.

"Ini bukan kejahatan biasa, melainkan narkoterorisme," tulis Gubernur Negara Bagian Rio, Cláudio Castro, pada hari Selasa di X, di mana ia membagikan video dari pertempuran tersebut.

Penggerebekan polisi di favela-favela Rio, tempat geng narkoba memiliki pengaruh yang kuat, merupakan kejadian yang umum. Namun, operasi hari Selasa tersebut menonjol karena skala dan tingkat kematiannya.

Kantor Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Hak Asasi Manusia menyatakan "mengerikan" dan menyerukan "investigasi segera." Delegasi dari pemerintahan Lula akan berangkat ke Rio pada hari Rabu untuk pertemuan darurat dengan Castro.

Tahun lalu, sekitar 700 orang tewas selama operasi polisi di Rio, hampir dua orang setiap hari. Komisi Hak Asasi Manusia di badan legislatif negara bagian Rio akan menuntut "penjelasan" tentang bagaimana favela tersebut berubah menjadi "teater perang dan barbarisme," kata Kepala Komisi Dani Monteiro kepada AFP pada hari Selasa.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Fajar Nugraha)