Usai Tarif Trump, JPMorgan Sebut Risiko Resesi Global Capai 60%

Ilustrasi: Freepik

Usai Tarif Trump, JPMorgan Sebut Risiko Resesi Global Capai 60%

Riza Aslam Khaeron • 4 April 2025 13:33

Washington DC: Risiko resesi global naik tajam usai kebijakan tarif besar-besaran yang diumumkan Donald Trump. Dalam catatan riset yang dirilis Kamis, 3 April 2025, JPMorgan Chase menyebut bahwa kemungkinan dunia jatuh ke jurang resesi tahun ini melonjak dari 40% menjadi 60%.

Melansir Business Insider (BI) pada Jumat, 4 April 2025, para ekonom JPMorgan, termasuk Kepala Ekonom Global Bruce Kasman, menilai kebijakan tarif terbaru Trump yang dijuluki "Hari Pembebasan" akan membawa dampak ekonomi besar. "Akan ada darah," tulis mereka.

Trump pada Rabu, 2 April 2025, mengumumkan tarif impor 10% untuk semua negara dan tarif lebih tinggi bagi 60 mitra dagang dengan defisit neraca terhadap AS. Langkah ini berlaku terhadap sejumlah besar negara termasuk Tiongkok, Jepang, dan Uni Eropa, bahkan wilayah tak berpenghuni dekat Antartika.

"Kebijakan AS yang mengganggu telah dikenali sebagai risiko terbesar bagi prospek global sepanjang tahun ini," tulis para analis JPMorgan. "Berita terbaru memperkuat kekhawatiran kami karena kebijakan perdagangan AS kini menjadi jauh lebih tidak ramah bisnis dari yang kami antisipasi."
 

Baca Juga:
Kenapa Indonesia Dikenakan Tarif 32%? Ini Metode Perhitungan Tarif Trump

JPMorgan memperkirakan tarif baru ini menaikkan tarif efektif rata-rata AS sekitar 22 poin persentase menjadi 24?ri nilai barang dan jasa domestik (PDB), setara dengan lonjakan pajak terbesar sejak Perang Dunia II. "Kenaikan sebesar ini setara dengan lonjakan pajak terbesar sejak Perang Dunia II," kata catatan riset tersebut.

Dampaknya diprediksi meluas melalui balasan dari negara lain, merosotnya kepercayaan bisnis AS, serta gangguan rantai pasok. Biaya rumah tangga dan bisnis untuk impor akan melonjak, memicu kenaikan harga bahan pokok seperti gula dan kopi hingga produk besar seperti mobil dan alat elektronik.

"Kami menekankan bahwa kebijakan ini, jika terus diterapkan, sangat mungkin mendorong AS dan bahkan ekonomi global ke dalam resesi tahun ini," lanjut riset itu. "Pemutakhiran skenario probabilitas kami menempatkan risiko resesi pada 60%."

Meski begitu, JPMorgan menyebut resesi belum pasti. Mereka menyatakan ada kemungkinan perubahan kebijakan dalam beberapa minggu mendatang serta fondasi ekonomi AS dan global yang masih cukup kuat untuk menyerap guncangan berskala sedang.

Namun, jika kebijakan tarif ini dijalankan penuh, para ekonom JPMorgan menyebutnya sebagai "guncangan makroekonomi besar" yang dampaknya tidak mudah untuk dipulihkan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Surya Perkasa)