Presiden WEF Optimistis terhadap Ekonomi Tiongkok

Pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) 2025 di Davos, Swiss digelar mulai hari ini, 20 Januari 2025 hingga 24 Januari 2025. Foto: Xinhua/Lian Yi.

Presiden WEF Optimistis terhadap Ekonomi Tiongkok

Ade Hapsari Lestarini • 20 January 2025 23:22

Jenewa: Presiden Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) Borge Brende, optimistis terhadap ekonomi Tiongkok dalam jangka menengah dan panjang.

Dia mengakui, ekonomi Tiongkok menghadapi beberapa tantangan jangka pendek. Brende menunjukkan pemerintah Tiongkok telah memperkenalkan serangkaian langkah untuk merangsang konsumsi domestik, yang secara efektif telah meningkatkan ekonomi.

Melansir Xinhua, Senin, 20 Januari 2025, dia menyampaikan komentar tersebut menjelang pertemuan tahunan WEF, yang dijadwalkan akan dimulai di Davos, Swiss, pada Senin.

Brende menyoroti modal manusia Tiongkok yang kuat sebagai faktor kunci dalam prospek ekonomi jangka panjangnya. Dengan lebih dari 10 juta lulusan universitas selama tiga tahun terakhir, ia mencatat Tiongkok memiliki keunggulan yang "sangat penting" dalam hal bakat dan pengetahuan. "Jika Anda melihat pengetahuan dan bakat, itulah inti masa depan," kata dia.

Mengenai tantangan tenaga kerja, Brende menyatakan keyakinannya, pemerintah Tiongkok memiliki perangkat kebijakan yang memadai untuk mengatasi masalah seperti menyusutnya tenaga kerja.

Menurut Biro Statistik Nasional, PDB Tiongkok tumbuh sebesar lima persen tahun-ke-tahun pada 2024, memenuhi target setahun penuh pemerintah. Brende mengatakan, terlepas dari pergeseran global di era pascapandemi, termasuk munculnya nearshoring, perdagangan luar negeri Tiongkok terus menunjukkan ketahanan.

Total impor dan ekspor barang Tiongkok mencapai 43,85 triliun yuan (sekitar USD6,1 triliun) tahun lalu, naik lima persen tahun-ke-tahun, menurut data yang dirilis oleh Administrasi Umum Bea Cukai Tiongkok (GACC). Menurut wakil kepala GACC Wang Lingjun, Tiongkok telah menjadi mitra dagang utama bagi lebih dari 150 negara dan kawasan.

Brende memperingatkan pemisahan ekonomi akan berdampak negatif yang signifikan terhadap ekonomi global. Dana Moneter Internasional memperkirakan pemisahan ekonomi yang parah dan tarif yang tinggi dapat menyusutkan ekonomi global hingga tujuh persen.

Ia mendesak semua negara untuk terlibat dalam dialog, menangani masalah tarif secara konstruktif, dan menghindari jebakan pemisahan ekonomi dan proteksionisme.


Pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) 2025 di Davos, Swiss digelar mulai hari ini, 20 Januari 2025 hingga 24 Januari 2025. Foto: Xinhua/Lian Yi.

 

Baca juga: WEF Hari Pertama, Apa yang akan Dibahas?
 

Kecerdasan buatan pendorong pertumbuhan ekonomi


Kecerdasan buatan (AI) adalah bidang lain yang dilihat Brende sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi masa depan. Ia menekankan AI berpotensi meningkatkan produktivitas hingga 10 persen selama dekade berikutnya jika diterapkan secara efektif.

Lebih jauh, ia percaya AI sedang membentuk kembali perdagangan global, dengan AI generatif yang akan mengubah industri seperti pekerjaan kantor dan perawatan kesehatan, sekaligus mempercepat pertumbuhan perdagangan digital dan jasa.

Datangnya era kecerdasan, kata Brende, juga menciptakan peluang pembangunan bagi negara-negara ekonomi berkembang seperti Tiongkok.

Dalam "Laporan Risiko Global 2025" WEF yang baru-baru ini dirilis, konflik bersenjata berbasis negara, peristiwa cuaca ekstrem, konfrontasi geoekonomi, misinformasi dan disinformasi, serta polarisasi masyarakat diidentifikasi sebagai risiko utama yang dihadapi dunia pada 2025.

Brende menekankan banyak risiko yang dihadapi dunia bersifat transnasional, khususnya di bidang-bidang seperti epidemi, perubahan iklim, dan kejahatan dunia maya. 
"Kita semua berada di perahu yang sama," katanya, sambil menyerukan kerja sama internasional yang lebih besar untuk mengatasi tantangan bersama ini.

Pertemuan Tahunan WEF 2025 akan berpusat pada tema "Kerja Sama di Era Kecerdasan." Menjelang pertemuan tersebut, Prospek Kepala Ekonom WEF memperingatkan fragmentasi ekonomi, sengketa perdagangan, dan krisis geopolitik menimbulkan ketidakpastian yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi global.

Sambil mengakui iklim persaingan saat ini dan kecenderungan yang berorientasi ke dalam di banyak negara, Brende menegaskan kembali bahwa kerja sama tetap menjadi satu-satunya cara untuk mengatasi tantangan bersama dunia. “Untuk mengatasi masalah global, Anda harus menemukan solusi global,” ujar dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Ade Hapsari Lestarini)