Syaikhona Muhammad Kholil. Dok. website PCNUCilacap
Achmad Zulfikar Fazli • 10 November 2025 11:24
Jakarta: Presiden Prabowo Subianto memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Syaikhona Muhammad Kholil, ulama besar asal Bangkalan, Madura, Jawa Timur. Syaikhona Muhammad Kholil dijuluki sebagai Bapak Pesantren Indonesia.
Profil Syaikhona Muhammad Kholil
Syaikhona Muhammad Kholil lahir di Desa Kemayoran, Bangkalan, Madura, Jawa Timur, pada 27 Januari 1820. Dia berasal dari keluarga ulama.
Ayahnya adalah KH Abdul Lathif, seorang kiai yang memiliki ikatan darah dengan Sunan Gunung Jati.
Syaikhona Muhammad Kholil sosok yang tekun menimba ilmu. Dia dari pesantren ke pesantren untuk menimba ilmu agama, termasuk Langitan di Tuban dan Keboncandi, sebelum melanjutkan studi ke Makkah pada usia 24 tahun.
Kedalaman ilmunya yang membuar Syaikhona Muhammad Kholil disegani dan menjadi rujukan utama para pencari ilmu di zamannya.
Syaikhona Muhammad Kholil juga memiliki peran besar di balik berdirinya organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Dia adalah guru spiritual dan inspirator bagi para pendiri NU, terutama pendiri Tebuireng Jombang, KH Hasyim Asy'ari, dan pendiri Tambakberas Jombang, KH Wahab Chasbullah.
Bahkan, Syaikhona Muhammad Kholil pernah mengirim santri untuk memberikan sebuah tongkat, disertai isyarat dan pesan khusus yang hanya ditujukan untuk Kiai Hasyim Asy'ari. Pesan-pesan simbolik melalui tasbih dan tongkat ini adalah isyarat restu dan perintah ijtima' (berkumpul) para ulama untuk mendirikan sebuah jam'iyyah (organisasi) yang kelak dikenal sebagai NU pada 1926.
Dia juga mendirikan pesantren di Bangkalan, Madura, yang menjadi cikal bakal banyak pesantren lain yang didirikan para santrinya.
Syaikhona Muhammad Kholil meninggalkan keilmuannya melalui beberapa kitab. Dia menulis beberapa kitab di antaranya As-silah fi Bayan an-Nikah (tentang fiqih pernikahan) dan Al-Matnu sSyarif al-Mulaqqab bi Fat-hil Latif (tentang dasar-dasar hukum Islam).
Perlawanan Masa Penjajahan
Syaikhona Muhammad Kholil merupakan salah satu ulama yang ikut berjuang mempertahankan wilayah Indonesia melawan para penjajah. Dia juga pernah ditahan oleh penjajah Belanda. karena dituduh melindungi beberapa orang yang terlibat melawan Belanda di pesantrennya.
Namun, penjajah Belanda malah dibuat pusing dengan banyak keanehan semenjak menangkap Syaikhona Muhammad Kholil. Di antaranya pintu penjara tidak bisa dikunci, sehingga mereka harus berjaga penuh supaya para tahanan tidak melarikan diri.
Situasi ini akhirnya membuat para penjajah Belanda membebaskan kembali Syaikhona Muhammad Kholil. Mbah Kholil wafat di Mertajasah, Madura, Jawa Timur, pada 29 Ramadhan 1343 H atau 1925 Masehi.