Editorial Media Indonesia: Laut Bukan untuk Menjemput Maut

Ilustrasi. MI

Editorial Media Indonesia: Laut Bukan untuk Menjemput Maut

Media Indonesia • 22 July 2025 06:29

MUSIBAH bisa datang kapan pun, menimpa siapa saja, tanpa pernah diduga. Tidak terkecuali para penumpang Kapal Motor (KM) Barcelona 5 di perairan Pulau Talise, Minahasa Utara, Sulawesi Utara (Sulut), Minggu, 20 Juli 2025.

Mereka tengah menikmati pelayaran dari Lirung menuju Manado. Tiba-tiba asap tebal mengepung kapal hingga membuat seluruh penumpang berhamburan menyelamatkan diri. Ratusan orang dievakuasi dalam kondisi selamat. Namun, nahas, lima orang dinyatakan tewas, salah satunya ibu hamil.

Simpati mendalam harus kita sampaikan buat para keluarga korban atas kepergian orang yang mereka kasihi. Kita tentu tidak mampu dan tidak akan pernah bisa menggugat takdir yang sudah diguratkan oleh Sang Pencipta.

Akan tetapi, publik bisa bertanya dan berhak mengetahui apakah semua prosedur keselamatan telah dijalankan sebagaimana mestinya? Apakah kapal layak berlayar? Apakah tersedia pelampung yang cukup, jalur evakuasi yang jelas, dan kru kapal siap menghadapi situasi darurat?

Memang musibah bisa datang kapan saja, tapi kelalaian adalah sesuatu yang bisa dicegah. Mengingat Indonesia merupakan negeri maritim, para pemangku kepentingan di Republik ini pantang bermain-main dalam urusan keselamatan pelayaran.

Satu kelalaian bisa mengantar pada tragedi yang merenggut banyak nyawa sehingga prinsip zero mistake haruslah dipegang teguh. Jika tidak, kecelakaan akan selalu berulang. Ketika itu terjadi, dengan gampangnya takdir yang disalahkan.
 

Baca Juga: 

Seluruh Penumpang Korban Kebakaran KM Barcelona Ditemukan


Sulit buat publik untuk tidak menduga keras ada pelanggaran dalam peristiwa terbakarnya KM Barcelona 5. Data manifes kapal awalnya dilaporkan 280 orang. Belakangan, Basarnas menyebut jumlah korban kebakaran ternyata 571 orang atau dua kali lipat melebihi data manifes kapal.

Kenapa syahbandar tetap memberikan surat persetujuan berlayar dengan kapasitas seperti itu? Apakah tindakan tersebut direstui oleh Direktorat Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) dan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut? Ini baru urusan overcapacity, belum penyebab kebakarannya karena masih diinvestigasi oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).

Tidak hanya menangani insiden KM Barcelona 5, KNKT juga dikerahkan untuk menginvestigasi penyebab KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam pada Rabu, 2 Juli 2025, pukul 23.35 WIB, saat menyeberang dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali.

Musibah itu tidak kalah menyayat hati. Hingga kini dilaporkan ada belasan korban yang masih belum ditemukan, 18 tewas, dan 30 selamat. Berdasarkan data manifes, KMP Tunu Pratama Jaya mengangkut 53 penumpang, 12 kru kapal, dan 22 unit kendaraan.

Selain tragedi KMP Tunu Pratama Jaya dan KM Barcelona 5, kecelakaan di dunia pelayaran yang juga menyedot perhatian publik ialah tenggelamnya KM Muchlisa di Teluk Balikpapan, Kalimatan Timur, 5 Mei lalu dan terbaliknya KM Tiga Putra di perairan Bengkulu, 12 Mei silam.
 
Baca Juga: 

3 Korban Meninggal Kebakaran KM Barcelona V Teridentifikasi


Masih banyak lagi musibah yang terjadi sepanjang 2025. Sebut saja KMP Nusa Makmur kandas di perairan Pelabuhan Gilimanuk, Bali, pada 20 Maret serta KMP Teratai Prima 1 rusak mesin dan hanyut di perairan sekitar Pulau Kelang, Laut Seram, pada 22 Maret.

Kita tentu harus mengingatkan mulai dari pihak syahbandar hingga ke level tertinggi di Kementerian Perhubungan untuk serius mengurus nyawa manusia. Jangan cuma terlihat berbenah ketika musibah tiba, tapi lupa ketika nihil bencana. Lalu dengan gampangnya mengatakan takdir saat tragedi menimpa. Jangan jadikan laut tempat menjemput maut.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Achmad Zulfikar Fazli)