Sudah Bebas dari Penjajah, Tantangan Merdeka Finansial bagi Pekerja Masih Tinggi

Lapangan pekerjaan. Foto: Medcom.id.

Sudah Bebas dari Penjajah, Tantangan Merdeka Finansial bagi Pekerja Masih Tinggi

Arif Wicaksono • 16 August 2023 16:02

Jakarta: Di era upaya memperjuangkan Kemerdekaan Republik Indonesia (RI), para elemen bangsa berupaya mengusir penjajah dengan segala cara seperti penggunaan bambu runcing dan peralatan perang. Upaya ini dilakukan untuk mencapai kemerdekaan dari kemiskinan serta memperoleh penghidupan yang lebih sejahtera dengan prinsip kesetaraan. Namun setelah era penjajahan berakhir tantangan untuk merdeka semakin besar meskipun sudah tak ada musuh bersama.

Musuh bersama digantikan oleh tantangan pekerja dalam memperoleh hak layak serta kehidupan yang nyaman dan sejahtera. Dream life ini hanya bisa dicapai dengan kemapanan dan kedaulatan secara finansial. Hal ini menjadi salah satu bentuk kemerdekaan yang hakiki karena pada hakikatnya semua kebutuhan di dalam dunia membutuhkan finansial yang kuat.

Upaya mencapai kemerdekaan finansial juga membutuhkan literasi keuangan yang baik. Dalam literasi keuangan tampak bahwa Berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022 yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia telah mencapai 49,68 persen. Angka ini naik 11,65 persen dibandingkan indeks literasi keuangan 2019 yang ada di angka 38,03 persen.

Sayangnya walaupun literasi keuangan tinggi masih ditemukan korban pinjaman online (pinjol) yang cukup banyak. Menurut Riset No Limit Indonesia 2021, penyebab masyarakat terjerat pinjol karena membayar utang, dan latar belakang menengah kebawah. Kemudian mereka juga menggunakan pinjol untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup dan kebutuhan darurat lainnya. Hal ini cukup mengkhawatirkan karena pemahaman seseorang terhadap produk keuangan tak dibarengi dengan kemampuan untuk memahami upaya mengatur manajemen keuangan.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga mencatat sebagian besar korban pinjol adalah guru dan korban Pemangkasan Hubungan Kerja (PHK) dengan ratio sebesar 63 persen. Gaji guru di Indonesia yang rata-rata rendah menyebabkan hal ini karena, sebagaimana dalam riset, penggunaan pinjol sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup.

Dari sini kemudian tantangan untuk merdeka finansial menjadi semakin rumit karena ada beberapa tahapan yang dibutuhkan seperti yang dikatakan oleh Head of Sequis Digital Channel Antonius Tan untuk menjadikan utang sebagai solusi alternatif terakhir. Dia menyarankan pengajuan pinjaman sebaiknya untuk keperluan utang produktif dan ajukan pinjaman hanya ke lembaga resmi seperti bank, koperasi resmi, atau pegadaian.
 
Utang produktif salah satunya adalah mengajukan KPR karena harga rumah akan terus naik atau meminjam kredit usaha dari bank untuk mengembangkan bisnis atau yang dapat menambah aset atau pendapatan di masa depan. Sedangkan utang konsumtif dan perlu dihindari adalah utang untuk membeli ponsel mahal, pakaian bermerek, atau mobil mewah sebab akan ada penurunan nilai.

Selain menjaga utang, dia menuturkan bahwa kunci pertama dari perencanaan keuangan pribadi adalah menabung. Dia menekankan berapapun gaji yang dimiliki pastikan tetap memprioritaskan menabung. Jika melakukannya secara rutin, nantinya, akan membuat anda enggan menghabiskan uang dengan cepat hanya demi membeli barang yang bukan kebutuhan.
 
Dia menyarankan perhitungan yang mudah adalah menentukan rasio tabungan. Setidaknya lebih dari 20 persen per bulan saya sisihkan untuk menabung. Jika ternyata ada sisa dari gaji dalam bulan tersebut atau mendapatkan bonus dan THR, maka tingkatkan rasio tabungan lebih lagi.

"Jika bagi Anda rasio tersebut masih tinggi, tidak masalah dikecilkan lagi, tetapi tambahkan waktunya misalnya per hari atau per minggu. Seiring naiknya gaji dan keuangan lebih stabil maka bisa tingkatkan rasio tabungan tersebut,” saran Antonius.

Selain berhemat dan menabung, salah satu hal baik yang dapat dilakukan anak muda atau pekerja pemula adalah mulai memikirkan cara mendapatkan pendapatan pasif (passive income).
 
"Namun, pada zaman modern ini, banyak cara mendapatkan passive income, seperti membuat dan memonetisasi blog, menjadi YouTuber/influencer, menulis eBook, melakukan investasi, beli properti kemudian disewakan, dan lainnya. Jadi, tidak ada alasan untuk kita tidak bekerja giat membangun masa depan,” jelas Anton.
 
Selain itu, dia mengatakan dana darurat adalah dasar dalam perencanaan keuangan yang bertujuan menjadi jaring pengaman saat darurat. Selain menabung, hal lain yang perlu dilakukan adalah belajar menyiapkan dana darurat yang idealnya sejumlah enam kali pengeluaran bulanan kita saat ini. Namun bisa pergunakan target awal 2-3 bulan pengeluaran bulanan dahulu sebagai awalan. Jika dana darurat tidak terpakai bukan berarti bisa dipakai karena bisa digunakan untuk menghadapi situasi sulit.

FOMO dan kemerdekaan finansial

Tantangan dalam upaya untuk mencapai merdeka finansial adalah adanya sikap latah konsumen yang menghinggap generasi muda indonesia. Hal ini harus dikelola dengan baik karena bisa menyulitkan kesehatan keuangan. Fenomena ini yang disebut Fear Of Missing Out (FOMO) muncul ketika banyak menggunakan pinjol untuk membeli tiket konser seperti Coldplay yang terjadi pada beberapa waktu lalu.

Utang yang berlebihan juga bisa menyebabkan kesulitan dana keuangan karena dananya habis digunakan untuk membayar utang. Pengeluaran utang yang sifatnya konsumtif bisa mengganggu pengeluaran lain yang produktif seperti misalnya untuk biaya pendidikan baik secara formal maupun tidak formal.

Selain dengan menggunakan pos utang, banyak masyarakat menggunakan dana darurat untuk membeli tiket konser Coldplay, padahal aktivitas nonton konser bukan merupakan hal yang cukup penting karena sifatnya yang kebutuhan tersier. Bahkan Founder Finansialku.com Melvin Mumpuni menjelaskan, sebenarnya tidak tepat jika dana darurat digunakan untuk menonton konser. Idealnya, dana darurat dipakai dalam keadaan genting. Sederhananya, dana ini dapat juga berperan sebagai dana pengaman.
 
"Sebenarnya aku kurang setuju kalau nonton konser dianggap kondisi darurat," katanya kepada Medcom.id, Kamis, 11 Mei 2023.

Tantangan mengatasi FOMO ini yang membuat kemerdekaan finansial semakin jauh karena banyak sekali godaan di dunia maya yang membuat generasi muda agak jauh dari disiplin mengatur keuangan karena ada kebutuhan tersier yang harus dilakukan. Padahal untuk membentuk fondasi keuangan yang kuat harus dilakukan dengan pengorbanan untuk menabung dengan teratur yang kadang dilakukan dengan menerapkan Frugal Living.

Minimnya pekerjaan berkualitas

Upaya untuk mencapai generasi emas pada 2045 juga bukan tantangan karena hal ini diwaspadai oleh ekonom Faisal Basri yang mengatakan rendahnya pekerjaan berkualitas muncul dari tingginya angka pengangguran berusia muda yang menjadi tantangan bagi Pemerintah Indonesia. Banyak anak muda yang kesulitan bekerja di sektor formal dan kemudian mencari penghidupan dari sektor informal.
 
Dia mengatakan pekerjaan yang marak di bursa tenaga kerja sifatnya lebih kepada pekerjaan informal seperti menjadi driver transportasi online. Padahal, kualifikasi seperti sarjana bisa bekerja di perusahaan dengan gaji yang lebih tinggi. Kondisi ini cukup mengerikan karena jumlah pekerja informal di Indonesia yang jumlahnya cukup tinggi yakni sebesar 60,12 persen dari total pekerja pada data Februari 2023.
 
"Yang dapat kerja tapi nggak bermutu misalnya Gojek, sarjana tapi jadi Gojek, jadi bisa dibilang kaya separuh menganggur dan dia harus cari kerja apapun yang tersedia, angka pengangguran memang lima persen, tapi lapangan kerja tak bermutu," tegas dia dalam program Suara Reboan Metro TV, Senin, 14 Agustus 2023.

Lalu apakah Pemerintah sudah mendapatkan solusi dengan UU Ciptaker?


Dia menuturkan masalah dari banyaknya pekerja informal juga semakin pelik dengan UU Omnibus Law yang memberikan kepastian hukum kepada perusahaan untuk memberikan kontrak outsourcing kepada karyawannya dengan jangka waktu yang cukup lama. Pekerja informal capai 60 persen. Bahkan 18 persen dan lapangan kerja banyak tapi nggak bermutu  menurut riset sebesar dua pertiga pekerja bahkan tanpa kontrak dan seperlima  lagi pekerja dengan kontrak.

"Sementara dan UU Omnibus Law lebih mudah melakukan outsourcing tanpa ada batasan itu penyebab pekerja di sektor informal semakin tinggi," tegas dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)