Eks kepala pemerintahan separatis Nagorno-Karabakh Ruben Vardanyan ditangkap Azerbaijan. (AP)
Marcheilla Ariesta • 28 September 2023 12:33
Baku: Azerbaijan menangkap mantan kepala pemerintahan separatis Nagorno-Karabakh Ruben Vardanyan. Ia ditangkap ketika mencoba melarikan diri ke Armenia, menyusul serangan militer Azerbaijan di wilayah tersebut.
Dinas penjaga perbatasan Azerbaijan mengumumkan penangkapan Ruben Vardanyan, yang menunjukkan niat negara tersebut untuk tetap mempertahankan kendali atas wilayah Nagorno-Karabakh setelah militer Azerbaijan merebut wilayah tersebut dari kendali etnis Armenia.
"Vardanyan diantar ke ibu kota Azerbaijan, Baku, dan diserahkan ke badan negara terkait, di mana nasibnya akan diputuskan," menurut Dinas Perbatasan Negara Azerbaijan, dilansir dari Voice of America, Kamis, 28 September 2023.
Vardanyan memperoleh kekayaannya di Rusia sebagai pemilik bank investasi besar. Ia pindah ke Nagorno-Karabakh pada tahun 2022 dan menjabat sebagai kepala pemerintahan wilayah tersebut hingga ia mengundurkan diri awal tahun ini.
Keluarga Vardanyan berusaha bergabung dengan ribuan etnis Armenia yang meninggalkan wilayah Nagorno-Karabakh minggu ini. Pejabat Armenia melaporkan bahwa lebih dari 47.000 dari 120.000 warga Armenia di kawasan itu telah berangkat ke Armenia.
Eksodus ini didorong oleh ketakutan akan pembalasan oleh Azerbaijan setelah militernya memaksa para pemimpin daerah kantong tersebut untuk meletakkan senjata mereka dan membahas reintegrasi ke Azerbaijan.
“Kami pergi karena orang-orang Azerbaijan datang untuk mengusir kami dari tanah air kami,” kata Grigory Sarkisyan, yang kehilangan putranya dalam pertempuran tersebut.
Serangan militer Azerbaijan sangat berdarah, karena Kementerian Kesehatan Azerbaijan melaporkan total 192 tentara Azerbaijan dan satu warga sipil tewas dan 511 luka-luka.
Para pejabat Nagorno-Karabakh sebelumnya mengatakan bahwa sedikitnya 200 orang, termasuk 10 warga sipil, tewas, dan lebih dari 400 orang terluka dalam pertempuran tersebut.
Azerbaijan, negara berpenduduk mayoritas Muslim mengatakan, ingin mengintegrasikan kembali orang-orang Armenia secara damai dan akan menjamin hak-hak sipil mereka, termasuk untuk menjalankan agama Kristen.