PMI Manufaktur RI Merosot, Sri Mulyani Endus Ada Impor Tidak Sehat

Ilustrasi sektor manufaktur. Foto: Istimewa

PMI Manufaktur RI Merosot, Sri Mulyani Endus Ada Impor Tidak Sehat

Insi Nantika Jelita • 2 August 2024 16:25

Jakarta: Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan turunnya kinerja industri manufaktur Indonesia pada Juli lalu karena ada permintaan pasar yang menurun. Hal ini ditengarai adanya praktik perdagangan impor tidak sehat.
 
Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia Juli 2024 sebesar 49,3, anjlok dibandingkan Juni 2024 yang berada pada angka 50,7. Posisi ini menunjukkan kontraksi pertama kalinya sejak Agustus 2021 atau setelah 34 bulan berturut-turut terus ekspansi.
 
"Kalau ini adalah serangannya impor yang sifatnya unfair trade practice atau persaingan perdagangan yang tidak sehat, maka pemerintah akan melakukan langkah korektif," ungkap Sri Mulyani dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK III 2024 di Jakarta, Jumat, 2 Agustus 2024.
 
Pemerintah, lanjutnya, berupaya melindungi industri dalam negeri untuk membendung gempuran barang impor dengan pengenaan
 
Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) dan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) terhadap tujuh komoditas. Yakni, tekstil produk tekstil (TPT), pakaian jadi, keramik, perangkat elektronik, produk kecantikan, barang tekstil sudah jadi, dan alas kaki.
 
"Kami berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian untuk mendukung dari serangan impor," ucapnya.
 

Baca juga: Aktivitas Manufaktur Asia Berpotensi Menurun hingga Akhir Tahun
 

Produksi anjlok

 
Berdasarkan laporan S&P Global Market Intelligence, perlambatan pasar secara umum mendorong penurunan marginal pada kondisi pengoperasian selama bulan Juli, dengan permintaan baru berkurang dan produksi turun untuk pertama kali dalam dua tahun.
 
Sri Mulyani mengatakan penyebab penurunan permintaan barang baru manufaktur di Indonesia karena mengalami moderasi.
 
"Moderasi itu bisa domestik atau ekspor. Kalau domestik, apakah ini musiman atau ada kompetisi barang-barang impor. Kami akan investigasi terkait sisi permintaan ini," terang dia.
 
Selain itu, kondisi PMI manufaktur juga tecermin pada hasil survei Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Juli 2024 yang turun menjadi 52,4 dari IKI Juni 2024 sebesar 52,5. Perlambatan nilai IKI pada Juli lalu dipengaruhi oleh menurunnya nilai variabel pesanan baru dan masih terkontraksinya variabel produksi.
 
Ia mengatakan pemerintah terus mendorong pelaku industri meningkatkan daya saing dengan instrumen fiskal untuk memperbaiki PMI manufaktur ke depannya.
 
"Kami gunakan instrumen fiskal untuk mendorong sektor manufaktur meningkatkan daya tahan eksternal, seperti untuk industri logam dasar. Kita merumuskan kebijakan supaya masa kontraksi PMI tidak lama," katanya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)