Jakarta: Pasar kopi Jepang tengah mengalami pergeseran yang membuka peluang baru bagi produk-produk berkualitas tinggi, konsisten, dan berkelanjutan. Dalam konteks ini, kopi Indonesia disebut memiliki kans besar untuk kembali merebut pasar ekspor, terutama mengingat sejarah panjang perdagangan kopi antara Indonesia dan Jepang.
Upaya menghidupkan kembali hubungan tersebut tampak dalam forum internasional “Global Coffee Market Insight 2025: From Indonesia to Japan, for the World” yang digelar di Paviliun Indonesia, World Expo Osaka. Forum ini diinisiasi oleh Yayasan Pendidikan Pengembangan Perkopian Indonesia (KAPPI) sebagai bagian dari strategi memperkuat posisi Indonesia di pasar global.
Salah satu sorotan utama forum ini adalah kehadiran Judith Ganes, analis komoditas senior dari New York, yang telah dua dekade memimpin J. Ganes Consulting. Ganes dikenal sebagai rujukan penting bagi industri kopi global, termasuk kalangan bisnis dan pembuat kebijakan.
“Kunjungan saya ke perkebunan di Sekincau, Lampung dan Warnasari, Jawa Barat, menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi luar biasa bukan hanya dari sisi varietas dan kualitas, tetapi juga karena keterlibatan komunitas yang kuat dan kehadiran generasi muda petani yang menjanjikan,” ungkap Ganes, yang dikutip, Jumat, 1 Agustus 2025.
Ia menegaskan bahwa di tengah gejolak harga dan tekanan global, negara produsen yang mampu menghadirkan kualitas, cerita dan keberlanjutan akan tetap relevan di pasar dunia.
Forum di Osaka ini merupakan kelanjutan dari forum serupa yang sebelumnya digelar KAPPI bertajuk “Comeback with Confidence – Reviving the Glory of Indonesian Coffee in Japan.” Forum tersebut menyoroti hambatan ekspor akibat regulasi Maximum Residue Limit (MRL) di Jepang, serta mencari solusi melalui edukasi petani dan sistem ketelusuran yang lebih transparan.
Ketua Kompartemen Kopi Spesialti AEKI, Moelyono Soesilo, menilai bahwa tantangan seperti MRL justru mendorong perbaikan mendasar di hulu industri.
“Langkah-langkah nyata yang telah dijalankan mencakup pelatihan petani tentang penggunaan pestisida yang aman, penguatan uji laboratorium serta penerapan sistem tumpang sari,” ujarnya.
Sementara itu, perwakilan KAPPI, Roby Wibisono, menekankan pentingnya membangun komunitas kopi nasional yang berdaya saing.
“Kami percaya bahwa masa depan kopi Indonesia bergantung pada generasi baru petani dan profesional kopi yang tumbuh bersama dari kebun hingga kafe, dari produsen hingga konsumen. Dengan riset, pelatihan dan penguatan standar mutu, kita tidak hanya membentuk masa depan kopi Indonesia, tapi mendefinisikannya untuk dunia,” jelasnya.
Dari sisi pasar, Masataka Nakano dari Key Coffee Inc. menyampaikan bahwa konsumen Jepang memiliki ekspektasi tinggi terhadap konsistensi rasa dan mutu. Menurutnya, kopi Indonesia yang mampu menjaga kualitas akan tetap diminati. Key Coffee sendiri memiliki hubungan jangka panjang dengan Indonesia melalui PT Toarco Jaya yang beroperasi di Toraja sejak 1976.
Diplomasi kopi juga menjadi bagian penting dalam hubungan bilateral Indonesia-Jepang. “Hubungan Indonesia-Jepang dalam kopi adalah kisah panjang yang menyatukan budaya, rasa dan nilai. Lewat forum ini, kita membuka kembali dialog strategis yang akan menguatkan posisi kopi Indonesia di hati masyarakat Jepang,” kata Dody S. Sembodo Kusumonegoro, Minister Counsellor KJRI Osaka.
Dengan dukungan dari pelaku industri Jepang seperti UCC Japan dan Key Coffee, serta kolaborasi lintas pemangku kepentingan, Indonesia kini mendorong terbentuknya rantai pasok kopi yang lebih tangguh dan berkelanjutan. Langkah ini bukan hanya untuk menjawab tantangan saat ini, tetapi juga sebagai fondasi agar kopi Indonesia tetap kompetitif di masa depan.