Selat Hormuz, jalur pelayaran global penting yang dilalui sekitar 20 persen perdagangan minyak dunia. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 16 November 2025 13:53
Teheran: Iran mengonfirmasi bahwa Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) telah menyita sebuah kapal tanker di Teluk Hormuz yang disebut membawa “kargo tanpa izin." Kapal tersebut, yang berlayar dari Sharjah di Uni Emirat Arab menuju Singapura, dicegat pada Jumat lalu dan dialihkan ke perairan teritorial Iran, menurut laporan Reuters dan dikutip Independent, Minggu, 16 November 2025.
Dalam pernyataan yang disiarkan media pemerintah, IRGC mengatakan “operasi dilakukan sesuai tugas hukum dan untuk melindungi kepentingan serta sumber daya nasional Republik Islam Iran.” Mereka menambahkan bahwa penyitaan dilakukan “berdasarkan perintah pengadilan”, dengan kargo berupa 30.000 ton produk petrokimia yang dianggap melanggar hukum Iran.
Tanker tersebut, Talara, berbendera Kepulauan Marshall dan dikelola perusahaan Columbia Shipmanagement yang berbasis di Siprus serta dimiliki Pasha Finance, memiliki panjang sekitar 750 kaki dan lebar 105 kaki, menurut catatan lalu lintas maritim yang dikutip New York Times.
Perusahaan pengelola menyatakan telah “kehilangan kontak” dengan kapal itu sekitar 20 mil laut dari Khor Fakkan di UEA ketika kapal tersebut berbelok menuju perairan Iran. Mereka mengatakan telah “memberi tahu otoritas terkait” dan tengah bekerja sama dengan semua pihak, termasuk badan keamanan maritim dan pemilik kapal, untuk memulihkan kontak.
Seorang pejabat pertahanan Amerika Serikat yang tidak disebutkan namanya mengonfirmasi kepada Reuters bahwa tanker tersebut telah dicegat dan dialihkan oleh pasukan Iran. Pusat Operasi Perdagangan Maritim Inggris menggambarkan insiden itu sebagai kemungkinan “aktivitas negara." Militer AS kemudian mengatakan mengetahui insiden tersebut dan memantau situasi, menurut New York Times.
Perusahaan keamanan maritim Ambrey mengatakan Talara tengah menuju selatan melalui Selat Hormuz ketika tiga kapal kecil mendekatinya dan kapal itu melakukan “perubahan haluan mendadak." Otoritas maritim Inggris melaporkan bahwa kapal tersebut terakhir terlihat menuju perairan teritorial Iran, meski belum jelas alasan perubahan arah tersebut.
IRGC secara berkala menyita kapal-kapal komersial di perairan Teluk, sering kali dengan alasan penyelundupan, pelanggaran teknis, atau sengketa hukum, dan berulang kali mengancam menutup Selat Hormuz — jalur pelayaran global penting yang dilalui sekitar 20 persen perdagangan minyak dunia dan pasokan besar gas alam cair setiap tahun.
Ancaman itu meningkat selama perang 12 hari dengan Israel pada Juni, ketika AS bergabung dengan Israel menyerang fasilitas nuklir Iran. Serangan tersebut menghantam jauh di dalam wilayah Iran, menargetkan komandan kunci dan fasilitas nuklir, dan memicu respons dari Teheran.
Penyitaan kapal komersial terakhir oleh Iran dilaporkan terjadi pada April 2024, ketika IRGC menahan kapal yang dikaitkan dengan Israel setelah serangan mematikan Israel terhadap konsulat Iran di Suriah.
Baca juga: Kasus Kapal Super Tanker Iran Berisi BBM Ilegal Senilai Rp4,6 Triliun Ditangani Bakamla