Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Sony Sonjaya (kiri), saat berada di Ponpes Cipasung. Foto: Istimewa.
Achmad Zulfikar Fazli • 29 November 2025 16:06
Jakarta: Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Sony Sonjaya, menegaskan program Makan Bergizi Gratis (MBG) bukan hanya menghadirkan makanan sehat, tetapi juga menciptakan lapangan kerja. Program andalan Presiden RI Prabowo Subianto itu juga dinilai dapat menggerakkan ekonomi masyarakat.
“Sejak di-launching 6 Januari 2025, program MBG kini memiliki 16.000 dapur SPPG di seluruh Indonesia, melayani 40 juta penerima manfaat dan menyerap lebih dari 700.000 tenaga kerja,” ujar Sony dalam keterangannya, Sabtu, 29 November 2025.
Sony menjelaskan kebutuhan bahan pangan untuk program ini terus meningkat. Harga sayuran, seperti wortel, buncis, dan kacang panjang bahkan melonjak karena tingginya permintaan. Oleh karena itu, dia mendorong pondok pesantren (ponpes), terutama Ponpes Cipasung untuk membangun kemandirian pangan.
“Jangan biarkan lahan kosong. Tanami. Bangun hidroponik. Siapkan produksi sendiri agar dapur-dapur tidak sepenuhnya bergantung pada pasar,” kata dia.
Dia menyarankan agar pengembangan pangan di pesantren dipadukan dengan program santripreneur, agar santri tidak hanya unggul dalam ilmu agama, tetapi juga mampu memproduksi kebutuhan masyarakat.
Ketahanan Pangan
Ponpes Cipasung memulai langkah besar menuju usia satu abad dengan meluncurkan program Cipasung Kampung Pangan dan Santripreneur, Kamis, 27 November 2025, malam. Peluncuran ini digelar bertepatan dengan acara 100 hari wafatnya KH Koko Komarudin Ruhiat, salah satu pengasuh pesantren dan adik tokoh nasional KH Ilyas Ruhiat.
Khodimul Majelis Zikir dan Selawat Cipasung, KH Deni Sagara, menegaskan inisiatif ketahanan pangan ini mendapat respons cepat dari masyarakat sekitar. Rumah-rumah warga mulai menyiapkan kandang ayam petelur, memanfaatkan lahan kosong, hingga membangun kebun sayur hidroponik.

“Di Cihaur, ada
space di atas kolam yang dijadikan kandang ayam. Satu rumah, dua rumah, mulai kelola ayam petelur dan tanaman hidroponik,” ujar dia.
Dia juga menyebut dukungan dari salah satu kiai Jatman Tasikmalaya, yang menyiapkan 25 hektare lahan di Sodong untuk ditanami pisang guna memenuhi kebutuhan MBG.
“Program MBG bukan hanya untuk santri, tetapi juga masyarakat. Ini jadi berkah untuk semuanya,” kata dia.
Transformasi Besar Pesantren
Sementara itu, Pimpinan dan Pengasuh Pengasuh Ponpes Cipasung, KH Acep Adang Ruhiat, mengatakan peluncuran Kampung Pangan dan Santripreneur menjadi momentum transformasi Ponpes Cipasung menjelang usianya yang ke-100.
“Dari pesantren harus lahir santri yang bukan hanya alim, tetapi juga pemimpin yang adil, dermawan, pengusaha, dan profesional di berbagai bidang. Ini tuntutan zaman,” kata KH Asep.
Program ini juga diapresiasi oleh keluarga besar Cipasung, termasuk KH Acep Adang Ruhiat dan KH Ubaidillah Ruhiat, yang secara simbolis menerima bahan pangan untuk mendukung dapur pesantren.
Cipasung Menuju Pesantren Mandiri
KH Asep menjelaskan dengan program Kampung Pangan dan Santripreneur, Ponpes Cipasung menegaskan tekadnya menjadi lumbung pangan, pusat pemberdayaan ekonomi, dan pesantren yang siap melahirkan generasi santri yang unggul secara spiritual dan produktif secara ekonomi.
Dia mengajak semua santri dan keluarga pesantren untuk melakukan transformasi dengan gemuruh pesantren mewujudkan cita-cita luhur kemerdekaan, yaitu Indonesia maju adil makmur sejahtera.
Peluncuran program ini menjadi tonggak penting bagi Cipasung menuju usia satu abad, sebuah penanda transformasi besar dari pesantren tradisional menuju pesantren mandiri dan berdaya saing.