Pertumbuhan Output Pabrik Tiongkok Melambat

Ekonomi Tiongkok. Foto: Unsplash.

Pertumbuhan Output Pabrik Tiongkok Melambat

Arif Wicaksono • 15 August 2024 14:21

Beijing: Pertumbuhan output pabrik Tiongkok melambat dan tidak sesuai ekspektasi pada Juli. Hal ini menambah rangkaian indikator yang menunjukkan perekonomian terbesar kedua di dunia ini sedang berjuang bangkit dari keterpurukan.

Data Biro Statistik Nasional (NBS) Tiongkok menunjukkan output industri tumbuh 5,1 persen dari tahun sebelumnya, melambat dari laju 5,3 persen pada Juni dan di bawah ekspektasi kenaikan 5,2 persen dalam jajak pendapat para analis Reuters.
 

baca juga:

Lesunya Belanja Konsumen Masih Hambat Ekonomi Tiongkok


Sebaliknya, indikator aktivitas bulanan NBS menunjukkan penjualan ritel, yang merupakan ukuran konsumsi, naik 2,7 persen pada Juli, meningkat dari kenaikan 2,0 persen pada Juni dan mengalahkan ekspektasi pertumbuhan sebesar 2,6 persen.

Kenaikan penjualan ritel sebagai bentuk upaya untuk mencapai pertumbuhan yang lebih baik. Peningkatan belanja rumah tangga mendapatkan daya tarik. Namun, para analis memperingatkan prospek yang lebih luas masih sangat menantang bagi para pembuat kebijakan, sehingga menunjukkan diperlukan lebih banyak langkah stimulus.
 
baca juga:  Tiongkok Desak AS untuk Hentikan Operasi Militer Israel di Gaza


"Data menunjukkan perekonomian memulai dengan lemah pada paruh kedua tahun ini, dan kemungkinan penggantian MLF dengan penurunan RRR diperkirakan akan meningkat, namun kunci untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi sebesar lima persen tetap berada pada datangnya belanja fiskal," kata Ekonom ANZ Tiongkok, Xing Zhaopeng, dilansir Channel News Asia, Kamis, 15 Agustus 2024.

Dia mengacu pada fasilitas pinjaman jangka menengah dan rasio persyaratan cadangan Bank Rakyat Tiongkok. Pada Kamis, bank sentral menyuntikkan uang tunai melalui instrumen obligasi jangka pendek dan mengatakan akan melakukan rollover MLF akhir bulan ini seiring dengan perluasan dukungan likuiditas ke sistem keuangan.

Para pemimpin Tiongkok bulan lalu mengisyaratkan bahwa mereka akan lebih mempertimbangkan saran-saran agar mereka beralih ke pedoman baru dan memfokuskan upaya peningkatan pertumbuhan pada konsumen, daripada menyalurkan lebih banyak dana ke infrastruktur dan manufaktur.

Kelesuan ekonomi berkepanjangan

Seruan untuk lebih banyak langkah-langkah peningkatan pertumbuhan ekonomi senilai USD19 triliun telah menghantui para pejabat sejak pemulihan pascapandemi gagal terwujud pada 2022.

Meskipun pemerintah masih menargetkan pertumbuhan sekitar 5 persen pada tahun ini, para analis menganggap semakin besar kemungkinan negara-negara produksi utama dunia telah memasuki kelesuan ekonomi yang berkepanjangan seperti yang terjadi di Jepang pada 1990an.

Investasi aset tetap meningkat sebesar 3,6 persen dalam tujuh bulan pertama 2024 tahun-ke-tahun, namun juga meleset dari ekspektasi kenaikan sebesar 3,9 persen dan juga melambat dari pertumbuhan sebesar 3,9 persen pada periode Januari hingga Juni.

Bank sentral Tiongkok pada pertemuan awal bulan ini mengatakan akan meningkatkan dukungan keuangan terhadap perekonomian yang lebih luas dan upaya akan lebih diarahkan pada konsumen untuk memacu konsumsi.

Namun dengan lemahnya permintaan dalam negeri dan prospek yang tidak jelas, rumah tangga dan dunia usaha tidak terburu-buru untuk melakukan pinjaman ke bank.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)