Upah Jepang Terus Menyusut Selama 20 Bulan

Yen Jepang. Foto: Unsplash.

Upah Jepang Terus Menyusut Selama 20 Bulan

Arif Wicaksono • 10 January 2024 16:11

Tokyo: Upah riil pekerja Jepang terus menyusut selama 20 bulan pada November. Fenomena ini meningkatkan kekhawatiran baru bagi keberlanjutan pemulihan ekonomi Jepang ketika perusahaan memasuki periode negosiasi gaji tahunan dengan serikat pekerja.
 

baca juga:

Jepang Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi di 2023



Dikutip dari Channel News Asia, Rabu, 10 Januari 2024, tren upah di Jepang menarik banyak perhatian dari pasar keuangan di seluruh dunia karena Bank Sentral Jepang menganggap perkiraan gaji dan inflasi sebagai data paling penting dalam mempertimbangkan penghapusan kebijakan suku bunga negatifnya.

Upah riil yang disesuaikan dengan inflasi, yang merupakan faktor penentu utama daya beli konsumen, turun 3,0 persen pada November dibandingkan tahun sebelumnya atau lebih cepat dari penurunan 2,3 persen Oktober, berdasarkan data dari Kementerian Tenaga Kerja Jepang.

 Tingkat inflasi konsumen yang digunakan pemerintah untuk menghitung upah riil, yang mencakup harga pangan segar namun tidak termasuk sewa setara pemilik, melambat menjadi 3,3 persen, terendah sejak Juli 2022, berkat penurunan biaya bahan bakar dan kenaikan harga pangan yang moderat.

Namun, upah nominal hanya tumbuh 0,2 persen di November, yang merupakan pertumbuhan paling lambat dalam hampir dua tahun, setelah kenaikan sebesar 1,5 persen di Oktober.

Gaji naik

Gaji reguler atau gaji pokok pada November naik sebesar 1,2 persen tahun ke tahun, hampir sama dengan revisi kenaikan sebesar 1,3 persen pada sebelumnya. Upah lembur, yang merupakan indikator kekuatan aktivitas bisnis, meningkat sebesar 0,9 persen tahun-ke-tahun, yang merupakan kenaikan pertama dalam tiga bulan.

Dunia usaha di Jepang sedang memasuki musim perundingan pembayaran kolektif yang dikenal sebagai "shunto", yang mencapai puncaknya pada Maret. Tahun lalu, perusahaan-perusahaan besar mencapai kesepakatan dengan serikat pekerja yang menghasilkan kenaikan gaji terbesar, 3,58 persen, dalam tiga dekade di tengah inflasi tertinggi dalam empat dekade.

Untuk shunto 2024, kelompok buruh terbesar di negara itu, Rengo, mengatakan akan meminta kenaikan gaji setidaknya lima persen, termasuk pertumbuhan gaji pokok setidaknya tiga persen, untuk meredam dampak jangka panjang dari biaya hidup yang lebih tinggi.

Sementara itu, inflasi konsumen di Tokyo, yang merupakan indikator utama tren harga nasional, menunjukkan perlambatan lebih lanjut. Hal ini meningkatkan harapan akan kembalinya upah riil, yang akan memberikan landasan dukungan bagi normalisasi kebijakan moneter Bank of Japan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)