Pemerintahan Donald Trump lancarkan serangan ke basis ISIS di Nigeria. Foto: Anadolu
AS Lancarkan Serangan Mematikan ke ISIS di Nigeria Barat Laut
Muhammad Reyhansyah • 26 December 2025 14:13
Washington: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan negaranya telah melancarkan “serangan kuat dan mematikan” terhadap kelompok Islamic State (ISIS) di wilayah barat laut Nigeria.
Trump menggambarkan ISIS sebagai “teroris sampah” dan menuduh kelompok tersebut “menargetkan dan secara kejam membunuh, terutama warga Kristen yang tidak bersalah.”
Dalam pernyataannya, Trump mengatakan militer AS telah “melaksanakan sejumlah serangan sempurna.” Komando Afrika Amerika Serikat (Africom) kemudian mengonfirmasi bahwa serangan yang dilakukan pada Kamis itu dilaksanakan melalui koordinasi dengan otoritas Nigeria di negara bagian Sokoto.
Melalui unggahan di Truth Social pada Kamis malam, Trump menegaskan, “di bawah kepemimpinan saya, negara kami tidak akan membiarkan Terorisme Islam Radikal berkembang.”
Nigeria Tegaskan Operasi Terkoordinasi
Dilansir dari BBC, Jumat, 26 Desember 2025, Menteri Luar Negeri Nigeria Yusuf Maitama Tuggar mengatakan bahwa operasi tersebut merupakan “operasi bersama” yang menargetkan “teroris” dan “tidak ada kaitannya dengan agama tertentu.”Tanpa secara spesifik menyebut ISIS, Tuggar menyatakan operasi itu telah direncanakan “cukup lama” dan memanfaatkan informasi intelijen yang disediakan pihak Nigeria. Ia juga tidak menutup kemungkinan adanya serangan lanjutan, dengan menegaskan hal tersebut bergantung pada “keputusan yang akan diambil oleh pimpinan kedua negara.”
Sementara itu, Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth menyampaikan apresiasinya atas dukungan pemerintah Nigeria. “Saya berterima kasih atas dukungan dan kerja sama pemerintah Nigeria,” tulisnya di platform X, disertai ucapan, “Selamat Natal!”
Kementerian Pertahanan AS kemudian merilis sebuah video singkat tak terklasifikasi yang tampak memperlihatkan peluncuran rudal dari sebuah kapal militer.
Kerja Sama Keamanan Lintas Agama
Pada Jumat pagi, Kementerian Luar Negeri Nigeria menyatakan bahwa pemerintah tetap terlibat dalam kerja sama keamanan terstruktur dengan mitra internasional, termasuk Amerika Serikat, untuk menghadapi ancaman terorisme dan ekstremisme kekerasan yang berkelanjutan.“Kerja sama ini telah menghasilkan serangan presisi terhadap target teroris di Nigeria melalui serangan udara di wilayah barat laut,” demikian pernyataan resmi tersebut.
Kelompok pemantau kekerasan menegaskan tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa umat Kristen menjadi korban lebih banyak dibandingkan Muslim di Nigeria, negara yang penduduknya relatif terbagi seimbang antara dua agama tersebut.
Seorang penasihat Presiden Nigeria Bola Tinubu sebelumnya mengatakan kepada BBC bahwa setiap aksi militer terhadap kelompok jihad harus dilakukan bersama. Daniel Bwala menyatakan Nigeria menyambut bantuan AS, namun menegaskan bahwa Nigeria adalah negara “berdaulat.”
Ia juga menekankan bahwa kelompok jihad tidak menargetkan pemeluk agama tertentu dan telah membunuh orang dari berbagai keyakinan.
Presiden Tinubu berulang kali menegaskan adanya toleransi beragama di Nigeria dan menyebut tantangan keamanan yang dihadapi berdampak pada masyarakat “lintas agama dan wilayah.”
Trump sebelumnya mengumumkan penetapan Nigeria sebagai “Country of Particular Concern” dengan alasan adanya “ancaman eksistensial” terhadap populasi Kristen. Ia mengklaim “ribuan” orang telah tewas, tanpa menyertakan bukti.
Status tersebut merupakan klasifikasi Departemen Luar Negeri AS yang dapat berujung pada sanksi terhadap negara yang dianggap melakukan pelanggaran berat kebebasan beragama.
Menanggapi hal itu, Tinubu menyatakan komitmen pemerintahnya untuk bekerja sama dengan AS dan komunitas internasional dalam melindungi seluruh komunitas beragama.
Konteks Keamanan Regional
Kelompok jihad seperti Boko Haram dan Islamic State West Africa Province telah menimbulkan kekacauan di Nigeria timur laut selama lebih dari satu dekade, menewaskan ribuan orang. Namun, menurut kelompok analisis kekerasan Acled, mayoritas korban justru merupakan Muslim.Di Nigeria bagian tengah, bentrokan antara penggembala yang sebagian besar Muslim dan kelompok petani yang sering kali Kristen juga kerap terjadi akibat perebutan akses air dan lahan penggembalaan.
Siklus serangan balasan telah menewaskan ribuan orang, dengan pelanggaran dilakukan oleh kedua belah pihak. Organisasi hak asasi manusia menyatakan tidak ada bukti bahwa umat Kristen menjadi sasaran secara tidak proporsional.
Pekan lalu, Amerika Serikat juga mengumumkan telah melakukan “serangan besar-besaran” terhadap ISIS di Suriah. Komando Pusat AS (Centcom) menyebut jet tempur, helikopter serang, dan artileri menghantam lebih dari 70 target di berbagai lokasi di Suriah tengah, dengan keterlibatan pesawat dari Yordania.