Mona Ratuliu. Foto: Metrotvnews.com/Muhammad Adyatma Damardjati.
Husen Miftahudin • 26 November 2025 15:59
Jakarta: Pergeseran perilaku keuangan anak dan remaja menuju transaksi digital semakin nyata di tengah meluasnya ekosistem pembayaran nontunai. Namun di balik kemudahan bertransaksi tersebut, kemampuan memahami nilai uang justru menjadi tantangan utama bagi keluarga dan pelaku industri keuangan digital.
Dalam diskusi panel peluncuran fitur DANA Premini yang digelar di Jakarta, aktris dan orang tua, Mona Ratuliu, mengungkapkan generasi muda kini tumbuh tanpa kedekatan dengan uang fisik.
"Anak-anak sekarang sudah tidak pegang
cash. Semua serba digital. Tantangannya, bagaimana mengajari uang itu punya
value, bukan sekadar
scan QR," ungkap Mona dalam diskusi bersama, dikutip Rabu, 26 November 2025.
Menurut Mona, transisi
keuangan digital membuat banyak anak kehilangan sensasi 'mengeluarkan uang' yang selama ini menjadi dasar pembelajaran finansial. Tanpa mekanisme kontrol, perubahan ini berpotensi membentuk pola konsumsi impulsif.
Ia mencontohkan bagaimana pemberian uang jajan mingguan menjadi sarana efektif bagi anak untuk belajar mengatur prioritas dan merasakan konsekuensi dari keputusan belanjanya.
Fenomena ini mencerminkan kondisi
ekonomi digital Indonesia yang berkembang pesat, di mana transaksi nontunai mendominasi pasar. Di satu sisi, tren tersebut mendorong peningkatan inklusi keuangan dan efisiensi ekonomi.
Namun di sisi lain, muncul kekhawatiran generasi muda memulai perjalanan finansial tanpa pemahaman fundamental tentang pengelolaan anggaran.
Perubahan perilaku konsumsi remaja juga dipengaruhi oleh percepatan layanan digital di berbagai sektor, dari transportasi hingga hiburan. Pola transaksi mikro yang terjadi berulang menjadi bagian dari dinamika ekonomi baru yang menuntut literasi finansial lebih matang dibanding generasi sebelumnya.
(Ilustrasi generasi cashless. Foto: dok Metrotvnews.com)
Dorong literasi nilai uang di era cashless
Seiring semakin terintegrasinya platform pembayaran digital dalam kehidupan sehari-hari anak muda, para orang tua menghadapi peran baru, yakni menjadi 'filter keuangan' sekaligus pendamping dalam mengajarkan nilai uang pada era cashless.
Kondisi ini membuka ruang bagi industri fintech untuk menghadirkan solusi yang tidak hanya berfokus pada kemudahan transaksi, tetapi juga edukasi finansial bagi pengguna usia dini.
Perubahan pola konsumsi remaja menjadi indikator penting bagi arah ekonomi digital Indonesia ke depan. Di tengah pertumbuhan transaksi online, kemampuan generasi muda memahami nilai uang dipandang sebagai pondasi yang akan menentukan kesehatan perilaku ekonomi mereka pada fase dewasa.
Ekosistem keuangan digital yang berkembang dengan cepat membutuhkan keseimbangan antara akses dan kesadaran finansial, agar pertumbuhan ekonomi tidak hanya inklusif, tetapi juga berkelanjutan. (Muhammad Adyatma Damardjati)