Jepang Sebut Tiongkok 'Tantangan Strategis Terbesar' Terkait Isu Taiwan

Pesawat jet tempur J-10 milik Tiongkok. (EPA)

Jepang Sebut Tiongkok 'Tantangan Strategis Terbesar' Terkait Isu Taiwan

Willy Haryono • 6 August 2023 11:02

Tokyo: Satu hari usai Taiwan melakukan latihan militer di Taoyuan dalam menguji kemampuan melindungi diri dari potensi invasi Tiongkok, Jepang merilis dokumen White Paper pada tanggal 28 Juli lalu. Dokumen itu mengekspresikan kekhawatiran mengenai aktivitas militer Tiongkok yang semakin berkembang di sekitar Taiwan, pulau demokratis yang diklaim Beijing sebagai bagian dari Negeri Tirai Bambu.

Tiongkok beberapa kali menegaskan bahwa Taiwan, cepat atau lambat, pasti akan kembali bersatu ke daratan utama -- dengan kekuatan militer jika memang diperlukan.

Dikutip dari laman The Japan Times, belum lama ini, White Paper atau Dokumen Putih milik Pemerintah Jepang menuliskan satu bagian khusus mengenai langkah Tiongkok di sekitar Taiwan, dan juga "satu halaman penuh mengenai tren militer Tiongkok di sekitar pulau" demokratis tersebut.

Di hari yang sama keluarnya White Paper, Tiongkok langsung melontarkan kecaman terhadap Jepang.

"White Paper Pertahanan Jepang 2023 telah secara serius mengintervensi urusan dalam negeri Tiongkok, mengganggu pertumbuhan pertahanan normal Tiongkok beserta aktivitas maritim, dan secara sengaja mengangkat narasi 'ancaman Tiongkok' sehingga menciptakan ketegangan di kawasan," tegas juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Mao Ning.

Ia juga menekankan kembali posisi Beijing terhadap isu Taiwan dengan mengatakan bahwa, "Taiwan adalah bagian dari teritori Tiongkok. Isu seputar Taiwan adalah murni urusan dalam negeri Tiongkok yang tidak boleh diintervensi pihak eksternal."

Latihan militer

Pada Agustus 2022, Tiongkok melakukan latihan militer berskala besar di sekitar Taiwan usai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat saat itu, Nancy Pelosi, mengunjungi pulau tersebut. Kunjungan dari orang nomor tiga di AS itu membuat Tiongkok geram, dan Beijing pun mengerahkan bagian signifikan dari kekuatan militernya dalam melakukan latihan di sekitar Taiwan.

Tiongkok bahkan meluncurkan rudal balistik melintasi Taipei, yang jatuh di Zone Ekonomi Eksklusif (ZEE) Jepang, termasuk satu yang berlokasi sekitar 80 kilometer dari Pulau Yonaguni di prefektur Okinawa. Tahun ini, tepatnya di bulan April, Tiongkok sekali lagi melakukan latihan militer berskala besar di sepanjang Selat Taiwan. Latihan ini merupakan balasan usai Presiden Taiwan Tsai Ing-wen bertemu Ketua DPR AS Kevin McCarthy di California.

Dalam latihan militer selama tiga hari tersebut, Tiongkok menggunakan delapan kapal perang dan 42 pesawat jet tempur. Beberapa pesawat bahkan telah melintasi garis tengah Selat Taiwan yang memisahkan pulau tersebut dari daratan utama Negeri Tirai Bambu, ucap Kementerian Pertahanan Taiwan.

Perkembangan seputar aktivitas militer Tiongkok ini berdampak terhadap Jepang, karena Pulau Yonaguni di prefektur Okinawa hanya berjarak 100 km dari Taiwan, dan merupakan lokasi berdirinya pangkalan Pasukan Pertahanan Diri Jepang.

Sejumlah pejabat Jepang, termasuk mendiang Perdana Menteri Shinzo Abe, pernah mengatakan bahwa serangan Tiongkok terhadap Taiwan dapat menjadi sebuah situasi darurat bagi Tokyo, menurut laporan The Japan Times.

Sejak 2023, Presiden Tiongkok Xi Jinping telah menekankan kembali seruannya atas reunifikasi Taiwan. Dalam pidato pembuka di Kongres Nasional Partai Komunis Tiongkok pada Oktober 2022, ia mengatakan bahwa, "kita telah memperkuat inisiatif strategis untuk reunifikasi menyeluruh Tiongkok dan mengkonsolidasikan prinsip Satu Tiongkok dalam konteks komunitas global."

"Kita telah mendahulukan kepentingan nasional. Kita telah menunjukkan semangat berjuang dan determinasi kuat untuk tidak pernah menyerah di hadapan kekuatan yang koersif," sambungnya.

Baca juga:  Siap-siap! Warga Sipil Taiwan Dilatih Pertahanan untuk Hadapi Invasi Tiongkok

Unifikasi Taiwan

The Jamestown Foundation, sebuah think-tank yang berbasis di AS, memandang adanya tekad kuat dari Xi untuk menyatukan Taiwan dengan daratan utama Tiongkok melalui keterlibatan historis keluarganya. Lembaga itu mengatakan bahwa ayah Xi Jinping, Xi Zhongxun, terlibat selama bertahun-tahun dalam United Front Work yang bekerja secara diam-diam untuk unifikasi Taiwan dengan cara memasukkan sejumlah pejabat KMT ke Partai Komunis Tiongkok.

Namun upaya unifikasi itu gagal, dan ini membuat Xi Zhongxun kesal di masa-masa tuanya, ucap Matthew Fulco dalam artikel China Brief yang diterbitkan di The Jamestown Foundation pada 19 Mei 2023. Matthew mengatakan bahwa setiap pemimpin Partai Komunis Tiongkok sejak Mao Zedong bertekad mencapai target unifikasi Taiwan. Kendati begitu, ia mengatakan bahwa Xi Jinping adalah pemimpin pertama Tiongkok dengan peluang realistis untuk mewujudkan tujuan tersebut.

Agensi Intelijen Pusat AS (CIA) telah menyimpulkan bahwa Xi Jinping ingin agar Pasukan Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLA) bersiap untuk dikerahkan ke Taiwan pada 2027, namun ia memiliki keraguan mengenai kapabilitas militernya jika perang benar-benar terjadi. Jepang meyakini Tiongkok akan mencoba mengambil sejumlah elemen dari perang Rusia di Ukraina untuk mencoba menyatukan Taiwan dengan Negeri Tirai Bambu.

Aktivitas Tiongkok di Laut China Selatan dan Laut China Timur juga telah meresahkan Jepang. Menurut keterangan di dokumen White Paper, Jepang menyebut Tiongkok sebagai "tantangan strategis terbesar." Ungkapan serupa juga digunakan Jepang dalam dokumen Strategi Keamanan Nasional (NSS) yang dirilis Desember tahun lalu.

NSS, dirilis beberapa hari usai Pemerintah Jepang mengumumkan anggaran pertahanan sebesar USD315 miliar, berisi banyak determinasi untuk menghadapi ancaman serangan musuh.

Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi mengatakan bahwa NSS menetapkan prinsip-prinsip fundamental keamanan nasional untuk mencapai target keamanan Jepang dan juga perdamaian serta stabilitas di kawasan Asia Pasifik.

"NSS juga berkontribusi secara lebih proaktif dalam mengamankan perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan di komunitas internasional dalam perannya sebagai 'Kontributor Proaktif Perdamaian' berdasarkan prinsip-prinsip kerja sama internasional," ungkap Hayashi, saat mengadopsi NSS pada 17 Desember 2022.

Bagi Jepang, salah satu kekhawatiran terbesar saat ini adalah perlindungan kepentingan nasional. Menimbang semakin meningkatnya aktivitas militer Tiongkok di Indo-Pasifik, Jepang kini terus memperkuat bidang keamanan.

Namun seperti perang Rusia di Ukraina yang berdampak luas, pecahnya konflik antara Tiongkok dan Taiwan juga kemungkinan akan berimbas ke banyak negara, tidak hanya Jepang.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)