Sejarawan Belanda Nilai Koneksi South-South Miliki Nilai Sejarah Sebagai Simbol Solidaritas

Associate Professor dari Leiden University, Carolien Stolte. Foto: YouTube/FPCI

Sejarawan Belanda Nilai Koneksi South-South Miliki Nilai Sejarah Sebagai Simbol Solidaritas

Fajar Nugraha • 17 April 2025 23:39

Jakarta: Associate Professor dari Leiden University, Belanda, Carolien Stolte, menilai Konferensi Asia-Afrika 1955 memiliki nilai sejarah yang kuat sebagai simbol solidaritas dan harapan bagi negara-negara yang baru merdeka.

 

Ia menekankan pentingnya memaknai kembali semangat Bandung di tengah dinamika politik global saat ini.
 

Pernyataan ini ia sampaikan dalam acara The Asian-African Conference at 70 berjudul “Non-Alignment, Multi-Alignment, and the Role of Middle Powers." Kamis 17 April 2025.

 

"Bandung bukan hanya peristiwa politik, tapi juga tempat di mana harapan dan mimpi dikumpulkan," kata Stolte.

 

Sebagai sejarawan, Stolte melihat bahwa koneksi South-South yang terbentuk jauh sebelum 1955 mencerminkan semangat anti-imperialis yang melampaui batas ideologi dan agama.

 

"Bahkan mereka yang belum merdeka datang ke Bandung dengan segala cara demi menyerap semangat konferensi," ujar Stolte, merujuk pada kisah aktivis Afrika-Amerika Richard Wright yang menulis buku The Color Curtain setelah mengunjungi Bandung secara pribadi.

 

Ia menyebut warisan Bandung sebagai titik rujukan bersama yang mampu melahirkan banyak inisiatif kerjasama internasional di era 1950–1960an, termasuk organisasi jurnalis, penulis, hingga pengacara Afro-Asia.

 

(Muhammad Reyhansyah)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)