Kuartal I-2025, Perdagangan Indonesia-AS Surplus USD4,32 Miliar

Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti. Foto: dok BPS.

Kuartal I-2025, Perdagangan Indonesia-AS Surplus USD4,32 Miliar

M Ilham Ramadhan Avisena • 21 April 2025 18:40

Jakarta: Neraca perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) kembali mencatatkan surplus pada kuartal I-2025. Hingga Maret, surplus dagang mencapai USD4,32 miliar, naik dari USD3,61 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

"Sejak 2015 hingga 2024, nilai perdagangan Indonesia-AS secara umum mengalami tren meningkat. Tren surplus ini terutama ditopang oleh perdagangan non-migas," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Senin, 21 April 2025.

Amalia menjelaskan, Indonesia terus mengalami defisit dalam perdagangan migas dengan AS. Namun surplus nonmigas lebih besar sehingga menutup defisit tersebut. "Surplus tertinggi dengan AS terjadi pada 2022, saat mencapai USD16,57 miliar," tuturnya.
 

Baca juga: 

Naik 5,95%, Ekspor RI Capai USD 23,25 Miliar di Maret 2025



(Ilustrasi ekspor impor. Foto: Dok Metrotvnews.com)

Dominasi komoditas nonmigas

Selama Januari hingga Maret 2025, ekspor Indonesia ke AS masih didominasi komoditas nonmigas. Komoditas unggulan ialah mesin dan perlengkapan elektrik (HS85) dengan nilai ekspor USD1,22 miliar, menyumbang 16,71 persen dari total ekspor ke AS.

"Disusul oleh alas kaki (HS64) senilai USD657,9 juta atau 9,01 persen, pakaian rajutan (HS61) sebesar 8,61 persen, dan pakaian bukan rajutan (HS62) sebesar 7,78 persen," ujar Amalia.

Empat komoditas utama itu tercatat mencatatkan pertumbuhan ekspor yang signifikan dibanding tahun lalu. Komoditas mesin dan perlengkapan elektrik naik 17,65 persen, alas kaki naik 16,62 persen, pakaian rajutan naik 20,46 persen, dan pakaian bukan rajutan naik 1,47 persen.

"AS juga tercatat sebagai negara tujuan utama ekspor pakaian dan alas kaki Indonesia. Untuk ekspor pakaian rajutan HS61, pangsa ekspor ke AS mencapai 63,40 persen, jauh mengungguli Jepang dan Korea Selatan," kata Amalia.

Di sisi lain, impor Indonesia dari AS mencakup komoditas migas seperti crude petroleum oil, liquefied propane, dan liquefied butane. Sementara untuk nonmigas, komoditas utama impor meliputi mesin dan peralatan mekanis (HS84), biji dan buah berminyak seperti kedelai (HS12), serta mesin perlengkapan elektrik (HS85).

"Komoditas impor ini menunjukkan struktur kebutuhan industri domestik yang masih bergantung pada pasokan luar negeri, terutama dari AS," ungkap Amalia. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)