Harga Emas Dunia Masih Berpotensi Kinclong

Ilustrasi. Foto: dok Bappebti.

Harga Emas Dunia Masih Berpotensi Kinclong

Ade Hapsari Lestarini • 7 February 2025 15:00

Jakarta: Harga emas dunia (XAU/USD) mengalami koreksi dalam perdagangan harian sesi Eropa pada Kamis, 6 Februari 2025 setelah reli selama lima hari berturut-turut yang mencapai puncak tertinggi sepanjang masa.

Pemulihan moderat dolar AS dari posisi terendah dalam lebih dari satu minggu, ditambah dengan sentimen pasar yang lebih positif, mendorong aksi profit taking di tengah kondisi overbought. Namun, latar belakang fundamental tetap mendukung emas sebagai aset safe haven, sehingga investor masih berhati-hati sebelum mengonfirmasi apakah harga telah mencapai puncaknya atau akan mengalami penurunan lebih lanjut.

Analisis teknikal yang dilakukan oleh Andy Nugraha dari Dupoin Indonesia, menunjukkan tren bullish emas masih kuat, didukung oleh pola candlestick dan indikator Moving Average. Proyeksi pergerakan harga emas hari ini menunjukkan potensi kenaikan hingga USD2.900, namun jika terjadi reversal, maka level support terdekat berada di kisaran USD2.880.

Faktor fundamental juga masih berpihak pada penguatan emas. Ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok kembali meningkat setelah Presiden AS Donald Trump menerapkan tarif baru sebesar 10 persen terhadap impor dari Tiongkok.

Sebagai respons, Tiongkok memberlakukan tarif balasan pada beberapa barang asal AS. Ketidakpastian ini mendorong investor untuk mencari aset safe haven, termasuk emas, yang kembali melambung mendekati harga tertinggi sepanjang sejarahnya di USD2.881 pada Jumat, 7 Februari 2025.


Ilustrasi. Foto: Freepik

 

Baca juga: Harga Emas Dunia Ngedrop, Ini Gegaranya
 

Spekulasi mengenai kebijakan moneter Federal Reserve


Selain itu, spekulasi mengenai kebijakan moneter Federal Reserve turut menjadi faktor utama yang membatasi penurunan harga emas. Ekspektasi The Fed akan mempertahankan bias dovish, bersama dengan penurunan imbal hasil obligasi Pemerintah AS ke level terendah sejak pertengahan Desember, memberikan tekanan pada dolar AS dan memperkuat posisi emas.

Dalam laporan terbaru, Automatic Data Processing (ADP) mencatat penambahan 183 ribu tenaga kerja di sektor swasta pada Januari, sedikit lebih tinggi dari revisi bulan sebelumnya sebesar 176 ribu. Namun, data indeks manajer pembelian (ISM) sektor jasa AS yang turun menjadi 52,8 pada Januari menunjukkan pelemahan aktivitas ekonomi, memperbesar kemungkinan penurunan suku bunga The Fed tahun ini.

Menteri Keuangan AS Scott Bessent, menegaskan fokus pemerintah saat ini adalah menurunkan imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun, bukan suku bunga acuan jangka pendek The Fed. Bessent juga menambahkan, regulasi ekonomi dan biaya energi yang lebih rendah dapat menjadi kunci dalam kebijakan moneter AS ke depan.

Sementara itu, pernyataan hawkish dari Wakil Ketua The Fed, Philip Jefferson, yang menegaskan suku bunga saat ini masih tepat dan perlu waktu untuk melihat efek kebijakan ekonomi Presiden Trump, gagal memberikan dukungan bagi dolar AS.

Dengan berbagai faktor fundamental yang masih mendukung harga emas, Andy mencermati kemungkinan breakout ke atas menuju level USD2.900 atau adanya potensi koreksi jika terjadi tekanan jual lebih lanjut. Dalam kondisi saat ini, emas tetap menjadi instrumen investasi yang menarik bagi pelaku pasar yang mencari perlindungan dari ketidakpastian global dan kebijakan moneter The Fed.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Ade Hapsari Lestarini)