Ilustrasi penangkapan. (Medcom.id)
Muhammad Reyhansyah • 30 September 2025 11:38
Beograd: Kepolisian Serbia menangkap 11 orang yang diduga terlibat dalam aksi vandalisme anti-Yahudi dan anti-Muslim, termasuk menaruh kepala babi di depan masjid-masjid di wilayah Paris, Prancis, pada awal September lalu.
Kementerian Dalam Negeri Serbia menyatakan operasi penangkapan dilakukan di Beograd dan Velika Plana, sekitar 100 kilometer di selatan ibu kota, dengan dukungan aparat keamanan nasional. Seorang tersangka ke-12 masih buron dan diduga melatih kelompok tersebut berdasarkan arahan intelijen asing.
“Tujuan mereka juga untuk menyebarkan ide yang mendorong kebencian, diskriminasi, dan kekerasan berdasarkan perbedaan,” demikian pernyataan resmi kementerian yang dikutip India Today, Selasa, 30 September 2025.
Investigasi di Prancis telah berlangsung sejak awal September, setelah sembilan kepala babi ditemukan di luar masjid di Paris dan sekitarnya. Aksi yang dianggap sangat ofensif dalam Islam itu memicu kecaman luas dan kekhawatiran akan meningkatnya kebencian anti-Muslim.
Antara April dan September, kelompok yang sama juga dituduh merusak Monumen Holocaust, beberapa sinagoga, serta sebuah restoran Yahudi dengan lemparan cat hijau. Mereka diduga menempelkan stiker antisemit bernada genosida dan meninggalkan kepala babi di lokasi keagamaan, sebagian bertuliskan nama Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Jaringan tersebut juga disinyalir melakukan aksi serupa di Jerman, termasuk meninggalkan “kerangka beton” dengan pesan provokatif di Gerbang Brandenburg, Berlin.
Pihak berwenang Prancis sebelumnya membuka sejumlah penyelidikan terkait vandalisme yang diduga melibatkan aktor asing, dengan Moskow kerap menjadi sorotan. Pada September lalu, poster bergambar tentara Rusia dengan tulisan “Ucapkan terima kasih kepada prajurit Soviet yang menang” ditemukan menempel di Arc de Triomphe.
Menurut AFP, seorang warga Serbia yang lebih dulu ditangkap di Prancis diduga beraksi “untuk melayani kepentingan kekuatan asing.” Penangkapan terbaru di Serbia dipandang sebagai bagian dari penyelidikan yang lebih luas mengenai kampanye terkoordinasi menargetkan komunitas Yahudi dan Muslim di Eropa.
Kementerian Dalam Negeri Serbia menegaskan para tersangka akan dihadapkan ke jaksa dengan dakwaan termasuk diskriminasi rasial dan spionase. Prancis sendiri menjadi rumah bagi komunitas Yahudi terbesar di luar Israel dan Amerika Serikat, serta salah satu populasi Muslim terbesar di Eropa.
Baca juga: Salwan Momika, Pria yang Bakar dan Taruh Daging Babi di Atas Al-Quran di Swedia