Nggak Sampai 5%, OECD Turunkan Lagi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. Foto: Dok Kemenkeu

Nggak Sampai 5%, OECD Turunkan Lagi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI

Insi Nantika Jelita • 4 June 2025 14:30

Jakarta: Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 4,7 persen pada 2025 dan meningkat menjadi 4,8 persen pada 2026. Laporan ini dirilis dalam OECD Economic Outlook Volume 2025 Issue 1 edisi awal.

Angka tersebut turun dari proyeksi sebelumnya, yaitu 4,9 persen pada 2025 dan 5,1 persen pada 2026 sebagaimana disebutkan oleh OECD sendiri dalam pembanding internal di laporan tersebut.

"Produk domestik bruto (PDB) riil Indonesia diproyeksikan tumbuh sebesar 4,7 persen pada 2025 dan meningkat sedikit menjadi 4,8 persen pada 2026," tulis laporan OECD dikutip Rabu, 4 Juni 2025.

Menurut laporan tersebut, laju pertumbuhan ini didorong oleh rendahnya inflasi dan pelonggaran kondisi keuangan yang mendorong konsumsi rumah tangga serta investasi swasta. Meski demikian, ketidakpastian kebijakan fiskal dalam negeri serta perlambatan ekspor akibat ketegangan perdagangan global diperkirakan akan menahan laju pemulihan ekonomi.

"Inflasi diproyeksikan meningkat dari 2,2 persen pada 2024 menjadi 2,3 persen di 2025 dan tiga persen di 2026, seiring dengan pelemahan nilai tukar yang secara bertahap berdampak pada harga domestik," tulis laporan OECD.
 

Baca juga: 

Serahkan Initial Memorandum, RI Selangkah Lagi Jadi Anggota OECD?



(Ilustrasi. Foto: Dok Metrotvnews.com)

Risiko ekonomi mengarah ke sisi negatif

Arus keluar modal yang terus berlangsung akibat ketidakpastian kebijakan global dan domestik dapat menekan nilai tukar lebih lanjut, memperbesar defisit transaksi berjalan dan mendorong inflasi melalui kenaikan biaya impor. Perlambatan ekonomi Tiongkok yang lebih besar dari perkiraan juga akan berdampak negatif terhadap ekspor Indonesia, terutama di sektor komoditas.

"Dengan potensi penurunan harga komoditas, dapat memperburuk penurunan pendapatan ekspor," tulis OECD.

Dari sisi kebijakan moneter diperkirakan akan terus dilonggarkan sepanjang 2025 dan 2026, mengingat tekanan inflasi yang terkendali dan pertumbuhan ekonomi yang masih lemah. Bank Indonesia telah memulai siklus pelonggaran sejak Agustus 2024, menurunkan suku bunga kebijakan dari 6,25 persen menjadi 5,5 persen pada Mei 2025.

Meskipun demikian, kondisi keuangan diperkirakan  masih relatif ketat. Dengan proyeksi inflasi yang stabil dan permintaan domestik yang tumbuh di bawah tren, OECD menyebut terdapat ruang untuk penurunan suku bunga lebih lanjut menuju tingkat netral sekitar lima persen.

Dari sisi fiskal, kebijakan diperkirakan akan bersifat netral pada 2025. Ekspansi program makan gratis bagi anak sekolah dan ibu hamil serta pembentukan Danantara diperkirakan menambah beban anggaran sekitar 1,6 persen dari PDB.

Di sisi lain, jika Danantara dapat dimobilisasi dengan cepat dan efektif, hal ini berpotensi mendorong investasi swasta serta mempercepat pembangunan infrastruktur dan proyek industri strategis.

Sementara, OECD menyebut program makan gratis diharapkan dapat memperbaiki kesehatan masyarakat, khususnya dalam mengatasi masalah gizi buruk anak. Namun, efektivitasnya akan lebih maksimal jika penyaluran difokuskan kepada rumah tangga rentan.

Selain itu, reformasi untuk mengurangi sektor informal akan memperluas basis pajak dan menciptakan ruang fiskal untuk meningkatkan investasi publik di bidang infrastruktur, energi bersih, kesehatan, dan pendidikan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Eko Nordiansyah)