Jurnalis Oposisi: Erdogan Ingin Menjadi Putin

Pendukung Ekrem Imamoglu turun ke jalan lakukan aksi protes. Foto: Xinhua

Jurnalis Oposisi: Erdogan Ingin Menjadi Putin

Fajar Nugraha • 26 March 2025 19:05

Istanbul: Puluhan ribu pengunjuk rasa di Turki menghadapi tindakan keras apparat keamanan dalam aksi protes terbesar dalam satu dekade terakhir. Demonstrasi yang dipicu penangkapan Wali Kota Istanbul, Ekrem Imamoglu, tokoh oposisi utama, telah berlangsung selama tujuh hari berturut-turut dengan lebih dari 1.100 orang ditahan termasuk delapan jurnalis.

Can Dündar, jurnalis dalam pengasingan yang kini mengelola media Özgürüz dari Jerman, menyebut situasi ini sebagai titik kritis bagi demokrasi Turki.  Dundar melihat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sebagai sosok berbahaya.

"Dia ingin menjadi (Presiden Rusia Vladimir) Putin yang lain, tetapi negara ini belum siap untuk menjadi Rusia yang lain," kata Dündar dikutip dati Independent, Rabu, 26 Maret 2025.

"Untuk pertama kalinya sejak protes Gezi 2013, rakyat menembus tembok ketakutan dan melawan,” tegas Dundar.

Bentrokan dan pembatasan kebebasan pers

Di jalanan Istanbul, polisi menggunakan gas air mata, pentungan, dan peluru karet untuk membubarkan massa. Engin Ba?, jurnalis televisi lokal, melaporkan: "Saya melihat mereka menyasar anak muda dengan peluru karet. Tapi mereka tetap kembali berdemo."

Seorang gadis dengan luka memar dikabarkan masih bersiap turun ke jalan lagi.

Pembatasan juga terjadi di dunia maya. Pemerintah memerintahkan platform X untuk menutup 700 akun jurnalis dan aktivis. Erol Öndero?lu dari Reporter Without Borders menyatakan: "Kebebasan pers sekarang lebih buruk daripada era militer. Penangkapan jurnalis sistematis, sensor online meluas."

Presiden Erdo?an dalam pidato televisi menyebut demonstrasi sebagai "kejahatan" dan menyalahkan Partai Rakyat Republik (CHP). Sementara itu, Dündar menegaskan ?mamo?lu -,yang mengalahkan partai Erdo?an empat kali dalam pemilu lokal,- sebagai ancaman terbesar bagi kekuasaannya.

Situasi ini mencerminkan polarisasi politik yang semakin dalam. Di satu sisi, pemerintah memperketat kontrol, sementara di sisi lain, generasi muda Turki menunjukkan perlawanan tanpa takut. Seperti dikatakan Dündar: "Ini titik kritis antara otokrasi dan demokrasi." Dengan pemilu presiden mendatang, ketegangan diprediksi akan terus memanas.


(Muhammad Adyatma Damardjati)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)