Dolar AS. Foto: Xinhua/Ahmad Kamal.
New York: Dolar Amerika Serikat (AS) kembali mengalami pelemahan pada akhir perdagangan Senin waktu setempat (Selasa pagi WIB).
Mengutip Xinhua, Selasa, 6 Mei 2025, indeks dolar, yang mengukur nilai tukar greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,2 persen menjadi 99,828.
Pada penutupan perdagangan New York, euro menguat menjadi USD1,1313 dolar AS dari USD1,1300 pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi USD1,3289 dari USD1,3274 pada sesi sebelumnya.
Dolar AS dibeli 143,92 yen Jepang, lebih rendah dari 145,03 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,8229 franc Swiss dari 0,8271 franc Swiss.
Mata uang Negeri Paman Sam tersebut naik menjadi 1,3815 dolar Kanada dari 1,3813 dolar Kanada. Dolar AS bertambah menjadi 9,6720 kronor Swedia dari 9,6584 kronor Swedia.
(Dolar AS. Foto: Freepik)
Dominasi dolar AS perlahan terkikis
Sementara itu, para investor memperingatkan supremasi dolar AS perlahan terkikis, karena mata uang tersebut berjuang untuk mendapatkan kembali posisinya setelah perang dagang Trump mengguncang kepercayaan terhadap aset-aset AS.
Mengutip
Yahoo Finance, indeks DXY, yang melacak kinerja
greenback terhadap sekeranjang mata uang, turun 6,5 persen sejak awal tahun, dan mengalami kinerja dua bulan terburuk sejak Juni 2002.
Namun, pada saat yang sama, S&P 500 telah pulih sepenuhnya dari kerusakan yang ditimbulkan pada 'Hari Pembebasan', dan naik 0,3 persen dalam bulan lalu. Demikian pula, imbal hasil obligasi pemerintah AS telah turun dari posisi tingginya, dengan imbal hasil obligasi 10 tahun turun dari 4,5 persen menjadi 4,3 persen, mendekati level sebelum
tarif.
Ekonom Deutsche Bank Peter Sidorov menggambarkan dolar sebagai perlambatan nyata yang gagal mengimbangi lonjakan dari ukuran kesehatan keuangan AS lainnya. Meskipun dolar sedikit pulih terhadap euro dan yen selama seminggu terakhir, dolar terus melemah terhadap mata uang Asia lainnya, dengan dolar Taiwan melonjak 6,5 persen selama akhir pekan.
Sementara itu, yuan Tiongkok mencapai nilai tertinggi dalam hampir enam bulan pada 7,2 per dolar, dan Won Korea Selatan melonjak hampir tiga persen pada Jumat.
"Kami tidak yakin ini adalah goncangan jangka pendek. Ini adalah fase awal dari perubahan yang mantap namun berjangkauan luas," kata Nigel Green, kepala eksekutif Devere Group.
"Supremasi dolar tidak lenyap dalam semalam, tetapi era dominasinya yang tak terbantahkan mulai memudar. Penurunan ini bukanlah kehancuran, melainkan erosi," sambung dia.