Direktur Utama PT Djarum Victor Rachmat Hartono. Foto: indonesiakaya.com
Jakarta: Cucu pendiri Djarum, Victor Rachmat Hartono menceritakan awal mula kisah bisnis keluarga sebelum akhirnya sukses menggurita di Indonesia. Victor yang merupakan anak sulung Robert Budi Hartono, mengungkapkan jika keluarga pada awalnya mengawali bisnis bukan dari industri hasil tembakau, melainkan industri minyak kacang tanah.
"Kita peras kacangnya jadi minyak kacang dan nanti dipakai buat masak sayur, dan lain-lain. Ini di zaman yang belum ada minyak sawit. Begitu minyak sawit keluar, minyak kacang tanah kalah saingan, jadi berkurang," ungkap Victor saat menceritakan perjalanan bisnis keluarga pada acara 'Meet The Leaders by Universitas Paramadina' di Trinity Tower, Jakarta Selatan, Minggu, 27 Juli 2025.
Victor yang merupakan Direktur Utama PT Djarum mengatakan, bisnis minyak kacang tanah tersebut dikelola oleh kakek buyutnya yang merupakan generasi keluarga keempat. Lalu dari generasi ke generasi berikutnya, bisnis keluarganya terus terombang-ambing tanpa kejelasan. Victor lantas membandingkan kejayaan keluarganya dari ukuran makam kakek buyutnya.
"Saya ini pengurus makam keluarga. Jadi saya tahu makam yang generasi keempat itu gede banget, yang pengusaha kacang. (Generasi) kelima makin kecil, keenam kok makin kecil ya. Ini enggak punya dana ini. Itu indikasi kenyataan. Real estatenya makin kecil," seloroh Victor.
Sempat bangun pabrik kembang api
Memasuki generasi ketujuh, kakeknya Oei Wie Gwan memulai usaha mercon, hingga mampu mendirikan pabrik kembang api pada 1927. Produk mercon tersebut dilabeli merek Cap Leo.
Namun saat Jepang masuk ke Indonesia, Belanda melakukan antisipasi dengan melarang peredaran bubuk mesiu sehingga pabriknya harus tutup.
Selama 1942-1951, berbagai sektor bisnis dijajaki, termasuk kontraktor yang membangun landasan udara Ahmad Yani. Barulah pada 1951, Oei Wie Gwan membeli sebuah pabrik
rokok kretek kecil di Kudus bernama NV Murup yang saat itu berada di ambang kebangkrutan.
Setelah diambil alih oleh Oei Wie Gwan, perusahaan ini diubah namanya menjadi Djarum Gramofon dan kemudian disingkat menjadi Djarum, yang kini menjadi merek ternama di industri rokok Indonesia.
"Keluarga kita
tuh bukan tipe yang
enggak punya uang
banget, terus tiba-tiba punya uang. Kita
tuh pelan-pelan makin makmur. Dan saya lihat kuburannya habis-habisan juga. Saya
ngurus dari generasi satu sampai generasi enam, jadi saya bisa lihat dari kualitas kuburan. Ini pelan-pelan naik, sudah berapa generasi," jelas Victor.
(Karyawan pabrik rokok Djarum. Foto: komunitaskretek.or.id)
Bangun Djarum jadi produsen rokok kretek terbesar RI
Sebelum meninggal, Oei Wie Gwan mewariskan perusahaan rokok Djarum kepada kedua putranya, Robert Budi Hartono dan Michael Hartono. Meskipun menghadapi tantangan besar, kedua anaknya berhasil membangun kembali Djarum dan mengubahnya menjadi salah satu produsen rokok kretek terbesar di Indonesia.
Pada awalnya, Djarum memproduksi rokok kretek lintingan, baik secara manual maupun menggunakan mesin, dan kemudian berhasil mengekspor produk kretek lintingan tersebut ke berbagai pengecer tembakau di seluruh dunia.
Kini, Djarum telah tumbuh menjadi salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia. Tidak hanya itu, Djarum Group juga merambah bisnis di berbagai lini, mulai dari perbankan, properti, elektronik, bahkan, hingga kesehatan.