Korea Selatan. Foto: Unsplash.
Seoul: Tingkat kelahiran di Korea Selatan turun ke rekor terendah pada tahun lalu. Kondisi ini padahal sudah diatasi dengan gelontoran dana besar dalam upaya mendorong perempuan untuk memiliki lebih banyak anak dan menjaga stabilitas populasi.
baca juga:
Ekonomi Korsel Membaik di 2024
|
Korsel merupakan salah satu negara dengan angka harapan hidup terpanjang dan angka kelahiran terendah di dunia, yang merupakan kombinasi dari tantangan demografis yang semakin besar.
Tingkat kesuburan Korea Selatan, jumlah anak yang diperkirakan akan dimiliki oleh seorang perempuan seumur hidupnya, turun menjadi 0,72 pada 2023, turun hampir delapan persen dari 2022. Angka ini jauh di bawah kebutuhan 2,1 anak untuk mempertahankan populasi penduduk saat ini yang berjumlah 51 juta jiwa.
Menurut Institute for Health Metrics and Evaluation di University of Washington di Seattle dengan laju ini, populasi Korea Selatan akan berkurang setengahnya menjadi 26,8 juta pada 2100.
"Jumlah bayi baru lahir pada 2023 adalah 230 ribu, 19.200 lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya, yang berarti penurunan sebesar 7,7 persen,” kata Kepala Divisi Sensus Penduduk di Statistik Korea Lim Young II dikutip dari
Business Insider, Rabu, 28 Februari 2024.
Dia menuturkan angka kelahiran kasar pada 2023, jumlah bayi baru lahir per 1.000 orang, adalah 4,5, turun dari 4,9 pada 2022.
Pemerintah Korsel telah menggelontorkan ratusan miliar dolar untuk mendorong masyarakat Korea Selatan agar memiliki lebih banyak bayi, dengan menawarkan subsidi tunai, layanan pengasuhan anak, dan dukungan untuk pengobatan ketidaksuburan.
“Jumlah bayi baru lahir, angka kelahiran, dan angka kelahiran kasar semuanya berada pada titik terendah sejak 1970 dan mencatat angka kelahiran di Korea Selatan sebesar 0,72 adalah yang terendah di antara negara-negara OECD," jelas dia.
Penyebab rendahnya angka kelahiran
Ia menambahkan, rata-rata usia perempuan Korea Selatan untuk melahirkan adalah 33,6 tahun, yang merupakan usia tertinggi di antara anggota OECD.
Para ahli mengatakan ada beberapa penyebab rendahnya angka kelahiran mulai dari tingginya biaya pengasuhan anak dan harga properti hingga masyarakat yang sangat kompetitif sehingga sulit mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang baik.
"Beban ganda bagi ibu yang bekerja, yaitu melakukan pekerjaan rumah tangga dan mengasuh anak, sambil mempertahankan karir mereka juga merupakan faktor kunci lainnya," kata mereka.