Presiden Baru Taiwan Minta Tiongkok Berhenti Mengintimidasi

Presiden Taiwan Lai Ching-te. (EPA-EFE)

Presiden Baru Taiwan Minta Tiongkok Berhenti Mengintimidasi

Willy Haryono • 21 May 2024 06:49

Taipei: Presiden baru Taiwan, Lai Ching-te, mengatakan dalam pidato pelantikannya pada hari Senin kemarin bahwa ia menginginkan perdamaian dengan Tiongkok dan mendesak Beijing untuk menghentikan ancaman militer serta intimidasi terhadap Taiwan yang diklaim Beijing sebagai wilayahnya sendiri.

"Saya berharap Tiongkok akan menghadapi kenyataan akan eksistensi (Taiwan), menghormati pilihan rakyat Taiwan, dan dengan itikad baik, memilih dialog daripada konfrontasi," kata Lai setelah dilantik, melansir dari laman PBS News Hour pada Selasa, 21 Mei 2024.

Lai berjanji untuk "tidak menyerah atau memprovokasi" Beijing, dan mengatakan ia mengupayakan perdamaian dalam hubungannya dengan Tiongkok. Namun dia menekankan negara demokrasi kepulauan itu bertekad mempertahankan diri "dalam menghadapi banyak ancaman dan upaya infiltrasi dari Tiongkok."

Partai yang dipimpin Lai, Partai Progresif Demokratik, tidak menginginkan kemerdekaan dari Tiongkok, tetapi menyatakan bahwa Taiwan sudah menjadi negara berdaulat.

Kantor Tiongkok yang bertanggung jawab atas urusan Taiwan mengkritik pidato pelantikan Lai karena mempromosikan "kekeliruan separatisme," yang memicu konfrontasi dan mengandalkan kekuatan asing untuk mencapai kemerdekaan.

"Kami tidak akan pernah mentolerir atau memaafkan segala bentuk kegiatan separatis 'kemerdekaan Taiwan,'" kata Chen Binhua, juru bicara Kantor Urusan Taiwan di Dewan Negara Tiongkok.

"Tidak peduli bagaimana situasi di pulau itu berubah, tidak peduli siapa yang berkuasa, hal itu tidak dapat mengubah fakta bahwa kedua sisi Selat Taiwan adalah milik satu Tiongkok, dan tidak dapat menghentikan tren historis dari reunifikasi ibu pertiwi," tegs Chen.

Kementerian Perdagangan Tiongkok pada hari Senin juga mengumumkan sanksi terhadap Boeing dan dua perusahaan pertahanan lainnya atas penjualan senjata ke Taiwan.

Lai, 64, menggantikan Tsai Ing-wen, yang memimpin Taiwan melalui pembangunan ekonomi dan sosial selama delapan tahun meski ada pandemi Covid-19 dan ancaman militer Tiongkok yang meningkat. Beijing memandang Taiwan sebagai provinsi yang membangkang dan telah meningkatkan ancamannya untuk mencaplok Taiwan dengan kekerasan jika diperlukan.

Lai dipandang mewarisi kebijakan progresif Tsai, termasuk layanan kesehatan universal, dukungan terhadap pendidikan tinggi, dan dukungan terhadap kelompok minoritas, termasuk menjadikan Taiwan sebagai tempat pertama di Asia yang mengakui pernikahan sesama jenis.

Dalam pidato pelantikannya, Lai berjanji untuk memperkuat jaring pengaman sosial Taiwan dan membantu negara tersebut maju dalam bidang-bidang seperti kecerdasan buatan dan energi ramah lingkungan.

Lai, yang menjadi wakil presiden pada masa jabatan kedua Tsai, tampil lebih sebagai penghasut di awal karirnya. Pada tahun 2017, ia menggambarkan dirinya sebagai “pekerja pragmatis untuk kemerdekaan Taiwan,” yang memicu teguran Beijing. Sejak saat itu, dia melunakkan pendiriannya dan sekarang mendukung mempertahankan status quo di Selat Taiwan dan kemungkinan pembicaraan dengan Beijing.

Ribuan orang berkumpul di depan Gedung Kantor Kepresidenan di Taipei untuk menghadiri upacara pelantikan.

Dengan mengenakan topi perayaan berwarna putih, mereka menyaksikan pengambilan sumpah di layar besar, diikuti dengan pawai militer dan pertunjukan penuh warna yang menampilkan penari rakyat, pemain opera, dan rapper. Helikopter militer terbang dalam formasi sambil membawa bendera Taiwan.

Baca juga:  Filipina Ucapkan Selamat ke Presiden Taiwan, Tiongkok: Jangan Ikut Campur!

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)