Jepang. Foto: Unsplash.
Tokyo: Gubernur Bank of Japan Kazuo Ueda mengatakan bank sentral jepang dapat menaikkan suku bunga bulan depan. Hal ini menggarisbawahi tekadnya untuk terus menaikkan biaya pinjaman dari tingkat yang mendekati nol saat ini.
Meskipun kenaikan biaya impor akibat melemahnya yen membebani pengeluaran rumah tangga, peningkatan upah akan mendukung konsumsi dan menjaga perekonomian pada jalur pemulihan yang moderat.
"Keputusan kami mengenai pengurangan pembelian obligasi dan kenaikan suku bunga adalah dua hal yang berbeda," kata Ueda, dilansir
Channel News Asia, Selasa, 18 Juni 2024.
Dia membuka kemungkinan menaikkan suku bunga pada pertemuan kebijakan berikutnya, tergantung pada data dan informasi ekonomi, harga dan keuangan terkini.
Sebelumnya, BOJ memutuskan untuk mulai mengurangi pembelian obligasi dalam jumlah besar dan mengumumkan rencana rinci pada Juli untuk mengurangi neraca keuangannya yang hampir USD5 triliun, mengambil langkah lain menuju pelonggaran stimulus moneter besar-besaran.
Keputusan tersebut telah meningkatkan ketidakpastian apakah BOJ juga dapat menaikkan suku bunga jangka pendek pada pertemuan 30-31 Juli atau menundanya hingga akhir tahun ini.
Ueda mengatakan BOJ belum sepenuhnya yakin inflasi akan mencapai target dua persen secara berkelanjutan. Serta menekankan perlunya meluangkan lebih banyak waktu untuk meneliti data sebelum menaikkan suku bunga lagi.
Namun dia mengatakan perilaku penetapan harga dan upah perusahaan jelas telah berubah di tengah rekor keuntungan dan pengetatan pasar kerja.
"Perekonomian kemungkinan akan melihat tanda-tanda yang lebih jelas dari siklus inflasi upah yang positif seiring dengan kenaikan upah nominal," katanya.
Ueda tidak memberikan petunjuk mengenai kecepatan dan besarnya rencana pengurangan obligasi BOJ yang akan diumumkan bulan depan. Dia mengatakan bank sentral akan menghindari penggunaan operasi pembelian obligasi sebagai alat kebijakan moneter, atau sarana untuk mengkomunikasikan maksud kebijakannya.
Akhir suku bunga negatif
BOJ menghentikan suku bunga negatif dan pengendalian imbal hasil obligasi pada Maret sebagai sebuah perubahan penting dari program stimulus radikal yang telah berlangsung selama satu dekade.
Dengan inflasi yang melampaui target dua persen selama dua tahun. Hal ini juga telah menghilangkan tanda-tanda mereka akan menaikkan suku bunga jangka pendek.
Melemahnya yen mempersulit jalur kebijakan BOJ. Meskipun hal ini mempercepat inflasi dengan menaikkan harga barang-barang impor, kenaikan biaya hidup yang diakibatkannya telah membebani konsumsi dan menimbulkan keraguan terhadap kekuatan perekonomian Jepang.
Banyak ekonom memperkirakan BOJ akan menaikkan suku bunga menjadi 0,25 persen tahun ini, meskipun mereka berbeda pendapat mengenai apakah hal itu akan dilakukan pada bulan Juli atau akhir tahun ini.