Microsoft. Foto: Unsplash.
New York: Momentum keuntungan enam perusahaan teknologi dengan kapitalisasi terbesar di Amerika Serikat (AS) atau magnificant six yang menjadi penopang Wall Street pada tahun lalu akan runtuh pada 2025.
Ahli strategi UBS Global Research memaparkan momentum pertumbuhan laba dari saham-saham teknologi Enam Besar bisa runtuh dalam beberapa kuartal ke depan.
UBS memperkirakan pertumbuhan laba per saham (EPS) dari saham-saham yang terdiri dari Apple, Amazon.com, Alphabet, Meta, Microsoft, dan Nvidia, diproyeksikan turun 15,5 persen pada kuartal pertama 2025 dari 42,2 per saham pada kuartal pertama 2024.
"Penurunan peringkat
magnificant six yang kami lakukan dari
Overweight menjadi Netral' tidak didasarkan pada valuasi yang diperpanjang, atau keraguan terhadap kecerdasan buatan. Sebaliknya, hal ini merupakan pengakuan terhadap persaingan yang sulit dan kekuatan siklus yang membebani saham-saham ini," jelas Analis UBS Jonathan Golub, dilansir
Business Insider, Selasa, 23 April 2024.
Sebaliknya, saham-saham teknologi lainnya akan berkinerja lebih baik. UBS memperkirakan kenaikan EPS hampir 26 persen pada kuartal pertama 2025, dari 11,1 persen yang diproyeksikan untuk periode yang sama pada 2024.
Perusahaan-perusahaan ini tidak berpartisipasi dalam pandemi covid-19 didorong oleh booming yang sama besarnya dengan saham-saham berkapitalisasi besar.
Saham valuasi tinggi
Perusahaan-perusahaan yang dianggap sebagai pemimpin sektor teknologi dan kinerja S&P 500, akan melaporkan hasil kuartalannya selama dua minggu ke depan.
Meningkatnya imbal hasil obligasi, data ekonomi AS baru-baru ini yang lebih tinggi dari perkiraan, dan ketidakpastian seputar prospek penurunan suku bunga Federal Reserve juga membebani saham-saham dengan valuasi tinggi.
Momentum pendapatan perusahaan itu telah mengalami empat gelombang siklus yang berbeda dimulai dengan pandemi covid-19 yang mendorong permintaan konsumen terhadap komputer pribadi (PC), belanja online, dan media sosial.
Setelah pandemi mereda dan perekonomian dibuka kembali, laba menurun karena berkurangnya permintaan terhadap produk teknologi, sehingga mendorong kontraksi pertumbuhan EPS pada 2022.
Sehingga peningkatan laba perusahaan pada 2023 disebabkan oleh perbandingan yang lebih mudah dan efisiensi yang dilakukan perusahaan.
"Pendapatan diproyeksikan akan kembali normal dengan cepat di sektor teknologi megacap, menyusul penurunan tajam dalam pertumbuhan laba dari kuartal IV-2023,” kata Golub.
Valusi perusahaan itu saat ini sebesar 21,6 hingga 39 kali rasio harga terhadap pendapatan (PE) dalam 12 bulan ke depan, sedangkan indeks acuan S&P 500 diperdagangkan sekitar 25 kali PE.