Harris Imbau Warga AS untuk Tak Tertipu Klaim Kecurangan Trump

Wakil Presiden AS Kamala Harris dalam kampanye di Michigan. (EPA-EFE)

Harris Imbau Warga AS untuk Tak Tertipu Klaim Kecurangan Trump

Willy Haryono • 4 November 2024 08:24

Detroit: Dua hari menjelang pemilihan umum presiden Amerika Serikat (AS), Wakil Presiden Kamala Harris mengatakan bahwa Tuhan menawarkan "rencana ilahi yang kuat untuk menyembuhkan perpecahan" di seantero negeri, seraya mengimbau para pemilih untuk tidak tertipu klaim tak berdasar Donald Trump mengenai kecurangan sistem elektoral terhadap dirinya.

Harris menyampaikan pernyataan penutupnya  di Michigan, tempat ia memulai harinya di mimbar gereja Kulit Hitam di Detroit. Dari sana, ia memulai beberapa perhentian tambahan di Michigan, bagian dari "tembok biru" Partai Demokrat di Midwest yang dianggap krusial untuk meraih kemenangan.

Melansir dari Daily News, Senin, 4 November 2024, Harris menghindari menyebut langsung nama Trump dalam pidatonya selama 11 menit di gereja Greater Emmanuel Institutional Church of God in Christ.

"Ada orang-orang yang berusaha memperdalam perpecahan, menabur kebencian, menyebarkan ketakutan, dan menyebabkan kekacauan," kata Harris, yang diyakini merujuk kepada Trump.

Ia berbicara di saat yang sama ketika Trump berada di Pennsylvania dan menyatakan AS sebagai "negara gagal" serta mengatakan bahwa ia "tidak seharusnya meninggalkan" Gedung Putih setelah pemilu AS 2020, di mana dirinya kalah dari Joe Biden.

Sementara itu di saat Trump mengejek Partai Demokrat AS, Harris mengutip Perjanjian Lama nabi Yeremia dan mengatakan kepada hadirin bahwa ia melihat "suatu bangsa yang bertekad untuk menutup halaman tentang kebencian dan perpecahan serta memetakan jalan baru ke depan."

Setelah kebaktian, Harris menepis karakterisasi Trump tentang pemilihan umum AS, dengan mengatakan kepada wartawan bahwa komentar eks presiden itu "dimaksudkan untuk mengalihkan perhatian dari fakta bahwa kita memiliki dan mendukung pemilihan umum yang bebas dan adil di negara kita."

"Sistem yang baik" itu sudah ada pada tahun 2020, kata Harris, dan "ia kalah."

Harris mengatakan dirinya mempercayai penghitungan suara yang akan datang, dan mendesak para pemilih, "khususnya orang-orang yang belum pernah memilih untuk tidak tertipu taktik ini, yang menurut saya termasuk menyarankan kepada orang-orang bahwa jika mereka memilih, suara mereka tidak akan berarti."

Baca juga:  Dua Hari Jelang Pilpres AS, Trump Masih Ulangi Klaim Kecurangan Pemilu 2020

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)