Ilustrasi. Foto: Dok MI
M Ilham Ramadhan Avisena • 4 May 2025 19:25
Jakarta: Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin menilai kontraksi Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada April 2025 disebabkan oleh kombinasi faktor musiman, eksternal, dan domestik. PMI yang tercatat di level 46,7 menandakan sektor manufaktur sedang berada di zona kontraksi, atau di bawah ambang batas 50.
"Penurunan ini sangat dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu momen Lebaran yang sudah lewat, Trump Trade War, dan daya beli rakyat yang masih terpuruk," ujar Wijayanto saat dihubungi, Minggu, 4 Mei 2025.
Menurutnya, faktor musiman seperti berakhirnya momen Lebaran adalah hal yang tak bisa dihindari. Namun, ia menekankan pentingnya peran pemerintah dalam mengatasi dampak dari faktor eksternal seperti perang dagang dengan Amerika Serikat serta melemahnya daya beli domestik.
"Pemerintah perlu memastikan kita mendapatkan deal terbaik dari AS dan pada saat yang bersamaan terus membuka pasar baru melalui berbagai perjanjian perdagangan, termasuk IEU-CEPA dengan Uni Eropa dan lain sebagainya," kata Wijayanto.
Ia juga menggarisbawahi masalah menurunnya daya beli masyarakat yang diperparah dengan rendahnya tingkat tabungan serta meningkatnya utang dari pinjaman online.
"Pemerintah perlu mendongkrak program jangka pendek yang menciptakan lapangan kerja dan menstimulasi daya beli," tutur Wijayanto.
Baca juga:
Gawat! Kontraksi PMI Manufaktur Bisa Berlanjut hingga Akhir Tahun |