Harga Minyak Tertekan Imbas Meningkatnya Produksi OPEC+, Sampai Kapan?

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Harga Minyak Tertekan Imbas Meningkatnya Produksi OPEC+, Sampai Kapan?

Eko Nordiansyah • 5 August 2025 11:25

Jakarta: Harga minyak mentah dunia kembali menghadapi tekanan lanjutan pada awal pekan ini setelah mencatat penurunan signifikan selama tiga hari berturut-turut. Salah satu pemicu utamanya datang dari keputusan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) yang menyetujui peningkatan produksi secara besar-besaran mulai September 2025.

Pada perdagangan hari Senin, 4 Agustus 2025, minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) anjlok ke level USD66,29 per barel, turun 1,04 atau sekitar 1,5 persen. OPEC+, yang selama beberapa tahun terakhir menerapkan kebijakan pengurangan produksi untuk menopang harga pasar, kini mengubah arah kebijakan dengan menambahkan pasokan hingga 547 ribu barel per hari.

Menurut Analis Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha, langkah ini dinilai sebagai bagian dari strategi untuk merebut kembali pangsa pasar global yang sempat hilang, dan langsung menimbulkan kekhawatiran bahwa pasar akan kembali menghadapi kelebihan pasokan dalam waktu dekat.

Memasuki Selasa, 5 Agustus 2025, harga minyak relatif stabil meskipun masih mencerminkan tekanan jual yang belum sepenuhnya mereda. WTI hanya turun tipis sebesar dua sen menjadi USD66,27 per barel, atau melemah 0,03 persen dibanding penutupan hari sebelumnya.

"Penurunan ini mencerminkan kondisi pasar yang masih ragu-ragu, di tengah tarik-menarik antara sentimen bearish akibat peningkatan suplai dan potensi gangguan pasokan dari Rusia," ujar dia dalam keterangan tertulis.

Dari sisi teknikal, Andy menjelaskan kombinasi pola candlestick harian dan indikator Moving Average saat ini menunjukkan kecenderungan pembentukan tren bearish yang semakin kuat. Jika tekanan jual terus berlanjut, maka harga WTI hari ini berpotensi turun hingga mendekati area support kritis di level USD65 per barel.

"Namun demikian, jika terjadi koreksi teknikal atau aksi beli dari pelaku pasar dalam jangka pendek, peluang rebound menuju resistance di kisaran USD67 masih terbuka," ungkap dia.
 

Baca juga: 

OPEC+ Tingkatkan Produksi, Harga Minyak Dunia Malah Anjlok



(Ilustrasi minyak dunia. Foto: Unplash)

Sentimen geopolitik terhadap harga minyak

Kondisi geopolitik turut memberi pengaruh penting terhadap dinamika harga minyak. Pemerintahan Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump meningkatkan tekanan terhadap India agar menghentikan impor minyak dari Rusia, dengan ancaman tarif sekunder hingga 100 persen. Hal ini menyusul tarif 25 persen atas produk India yang diumumkan pada Juli lalu.

India sendiri merupakan pembeli minyak lintas laut terbesar dari Rusia, dengan volume impor mencapai 1,75 juta barel per hari pada semester pertama 2025. Gangguan pada aliran minyak ini dikhawatirkan dapat mengganggu stabilitas pasokan, meskipun sejauh ini belum cukup kuat untuk mengangkat harga secara signifikan.

Andy menambahkan bahwa meskipun faktor geopolitik seperti ini dapat menciptakan potensi gangguan pasokan, sentimen utama pasar saat ini masih fokus pada kekhawatiran kelebihan pasokan dari OPEC+. Dengan produksi tambahan yang akan segera masuk ke pasar dan permintaan bahan bakar yang lesu di AS, harga minyak mentah tetap berada dalam tekanan.

"Secara keseluruhan, prediksi harga minyak hari ini menurut analis Dupoin akan berada dalam rentang pergerakan USD65 hingga USD67 per barel. Arah dominan masih cenderung melemah, dengan tekanan utama berasal dari ekspansi suplai dan ketidakpastian permintaan global," ujar dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Eko Nordiansyah)