Ilustrasi. Foto: Dok MI
M Ilham Ramadhan Avisena • 19 March 2025 11:16
Jakarta: Utang luar negeri (ULN) Bank Indonesia mengalami lonjakan signifikan dalam setahun terakhir. Berdasarkan data per Januari 2025, ULN BI tercatat sebesar USD28,34 miliar, naik 93,94 persen dibanding Januari 2024 yang hanya USD14,61 miliar.
Peningkatan tersebut jauh melampaui kenaikan ULN pemerintah yang tumbuh 5,34 persen dan terjadi di tengah tren penurunan ULN swasta sebesar 1,71 persen.
Ekonom Senior Bright Institute Awalil Rizky mengatakan, lonjakan tersebut patut menjadi perhatian karena ULN BI telah meningkat hampir 10 kali lipat dalam lima tahun terakhir, dari USD2,82 miliar pada Januari 2020.
"Kenaikan utang luar negeri BI yang sangat cepat harus dicermati karena berpotensi meningkatkan risiko ekonomi, terutama jika ketergantungan terhadap dana asing semakin besar," ujar Awalil, Rabu, 18 Maret 2025.
(Ilustrasi. Foto: Dok MI)
Penyebab peningkatan ULN BI
Salah satu faktor utama yang mendorong peningkatan ULN BI adalah penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sejak September 2023. Instrumen itu merupakan surat utang jangka pendek yang menarik minat investor asing, sehingga tercatat sebagai ULN BI.
Hingga Januari 2025, kepemilikan asing dalam SRBI diperkirakan mencapai 25 persen, yang berkontribusi besar terhadap lonjakan utang luar negeri BI.
Selain itu, Awalil juga menyoroti bagaimana Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) berperan dalam lonjakan ULN BI pada Agustus 2021, ketika lembaga tersebut membagi cadangan devisa kepada anggotanya dalam bentuk utang bank sentral. Saat itu, ULN BI naik dari USD2,84 miliar menjadi USD9,17 miliar dalam sebulan.
Meski total ULN Indonesia masih dalam batas yang relatif terkendali dengan kenaikan 5,09 persen secara tahunan, Awalil menilai struktur utang perlu dicermati lebih dalam.
"Jika sumber pendanaan domestik semakin terbatas, ketergantungan terhadap utang luar negeri bisa meningkat, yang pada akhirnya dapat memperbesar tekanan terhadap nilai tukar rupiah dan stabilitas moneter," ujarnya.
Ke depan, ia menekankan ULN pemerintah dan swasta berpotensi meningkat lebih lanjut, terutama karena persaingan memperoleh pendanaan domestik semakin ketat. Holding BUMN Danantara, yang dirancang untuk menarik investasi asing juga bisa menjadi faktor yang mendorong peningkatan ULN swasta.