IHSG. Foto: MI.
Jakarta: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat pagi dibuka menguat. Investor masih wait and see terhadap kondisi perekonomian global.
Melansir Investing.com, Jumat, 5 Januari 2024, IHSG dibuka menguat 0,35 persen ke posisi 7.382. IHSG sudah naik 8,02 persen dalam setahun. Volume perdagangan sebesar 4,9 miliar.
Adapun sentimen yang mempengaruhi pergerakan IHSG hari ini antara lain, dari dalam negeri, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan RI (Kemenkeu) melaporkan hasil lelang Surat Utang Negara (SUN) pada 3 Januari 2024.
Total penawaran lelang SUN perdana di tahun 2024 tersebut mencapai Rp39,8 triliun. Sementara, lelang yang dimenangkan senilai Rp21,75 triliun. Di sisi lain, pergerakan IHSG melanjutkan reli seiring dengan solidnya kondisi ekonomi nasional. Apresiasi IHSG turut ditopang oleh inflow investor asing di seluruh pasar ekuitas domestik senilai Rp1,3 triliun pada Kamis kemarin.
Sementara dari mancanegara, kredit konsumsi di Inggris periode November 2023 tercatat 2,00 miliar pound sterling, lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 1,41 miliar pound sterling. Pertumbuhan kredit tersebut merupakan yang tertinggi sejak Maret 2017.
Sedangkan dari Asia, indeks PMI manufaktur Jepang versi Jibun Bank pada Desember 2023 turun ke level 47,9, setelah bulan sebelumnya sebesar 48,3. Aktivitas manufaktur terkoreksi mengikuti lemahnya output produksi, pesanan baru dan ekspor.
Saham di Wall Street
Bursa saham Paman Sam, Wall Street, cenderung melemah pada penutupan perdagangan kemarin. Penurunan terbesar dialami indeks dengan kumpulan saham teknologi terbesar yakni Nasdaq.
Melansir CNBC International, Jumat, 5 Januari 2024, indeks komposit Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,03 persen. Indeks komposit S&P500 melemah 0,34 persen. Kemudian indeks komposit Nasdaq melemah 0,56 persen.
Nasdaq ditutup lebih rendah pada perdagangan Kamis untuk sesi kelima berturut-turut atau menjadi penurunan beruntun terpanjang sejak Oktober 2022.
Saham-saham teknologi berkapitalisasi besar seperti Apple berkinerja buruk pada awal tahun ini, karena valuasi yang berlebihan dan ketidakpastian sikap The Fed mulai menurunkan suku bunga membuat investor khawatir pasar menjadi terlalu optimis.