Rusia Tetapkan Waktu Duka, Bendera Setengah Tiang Dikibarkan

Gedung Musik Crocus, di Moskow di Rusia yang rusak usai penyerangan. Foto: Tass

Rusia Tetapkan Waktu Duka, Bendera Setengah Tiang Dikibarkan

Fajar Nugraha • 26 March 2024 14:55

Moskow: Rusia berduka atas korban serangan gedung konser Moskow ketika jumlah korban tewas meningkat menjadi 139.

Operasi pencarian masih berlangsung, di tengah kekhawatiran jumlah korban tewas mungkin akan terus bertambah.

 

Rusia mengibarkan bendera setengah tiang sebagai hari berkabung setelah sejumlah orang ditembak mati dengan senjata otomatis di sebuah konser musik rock di luar Moskow. Insiden ini merupakan serangan paling mematikan di Rusia selama dua dekade.

 

Presiden Vladimir Putin mengumumkan hari berkabung nasional pada Minggu setelah berjanji untuk melacak dan menghukum semua orang yang berada di balik serangan itu, yang menewaskan sedikitnya 139 orang, termasuk tiga anak-anak, dan lebih dari 150 orang terluka.

 

“Saya menyampaikan belasungkawa yang mendalam dan tulus kepada semua orang yang kehilangan orang yang mereka cintai,” kata Putin dalam pidatonya pada Sabtu, komentar publik pertamanya mengenai serangan tersebut.

 

“Seluruh negara dan seluruh rakyat kami berduka bersama Anda,” ujar Putin, seperti dikutip Al Jazeera, Selasa 26 Maret 2024.

 

Kelompok bersenjata ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan Jumat itu, namun Putin belum secara terbuka menyebutkan kelompok tersebut sehubungan dengan para penyerang, yang menurutnya berusaha melarikan diri ke Ukraina. Dia menegaskan bahwa beberapa pihak di “pihak Ukraina” telah bersiap untuk membawa mereka melintasi perbatasan.

 

Ukraina telah berulang kali membantah terlibat dalam serangan tersebut, dan Putin juga menyalahkan “kelompok radikal internasional”.

 

Warga Rusia pada Minggu meletakkan bunga di Balai Kota Crocus, gedung konser berkapasitas 6.200 kursi di luar Moskow di mana empat pria bersenjata menyerbu masuk pada Jumat tepat sebelum grup rock era Soviet Picnic membawakan lagu hit mereka, Afraid of Nothing.

 

Orang-orang tersebut menembakkan senjata otomatis mereka dalam waktu singkat ke arah warga sipil yang ketakutan dan berteriak-teriak dalam hujan peluru.

 

Ini adalah serangan paling mematikan di wilayah Rusia sejak pengepungan sekolah Beslan tahun 2004, ketika penyerang yang terkait dengan kelompok Muslim menyandera lebih dari 1.000 orang, termasuk ratusan anak-anak.

 

Gubernur wilayah Moskow Andrei Vorobyov mengatakan pada hari Minggu bahwa operasi penyelamatan telah selesai dan operasi pencarian masih berlangsung.

 

“Identifikasi oleh kerabat sudah di depan. Di rumah sakit, dokter memperjuangkan nyawa 107 orang,” ujarnya.

 

Yulia Shapovalova dari Al Jazeera, melaporkan dari luar gedung konser mengatakan, orang-orang membawa bunga, lilin, boneka binatang, dan poster untuk peringatan darurat di luar aula.

 

“Kita bisa melihat bendera dikibarkan setengah tiang di gedung parlemen Rusia dan gedung lainnya. Orang-orang terkejut, mereka berduka ada banyak peringatan di seluruh Rusia,” katanya.

 

“Pembersihan puing-puing berlanjut dengan anjing penyelamat mencari orang-orang di bawah reruntuhan. Dikhawatirkan jumlah korban tewas bisa meningkat,” ujar Shapovalova.

 

Antrean panjang terbentuk di Moskow untuk mendonorkan darah. Bank darah mengatakan pada hari Minggu bahwa mereka sekarang memiliki persediaan darah yang cukup untuk empat hingga enam bulan.

 

Negara-negara di seluruh dunia telah menyatakan kengeriannya atas serangan itu dan menyampaikan belasungkawa mereka kepada rakyat Rusia.

 

Setelah misa Minggu Palma di Lapangan Santo Petrus di Kota Vatikan, Paus Fransiskus mengirimkan doa kepada para korban serangan tersebut.

 

“Saya berdoa untuk para korban serangan teroris pengecut yang dilakukan malam itu di Moskow,” ucap Paus berusia 87 tahun itu.

 

Tujuh pelaku

Pihak berwenang Rusia sudah menangkap tujuh orang warga asing dalam serangan ini. Pejabat Rusia mengatakan semua tersangka adalah warga negara asing mereka telah ditahan.

 

Beberapa pejabat pro-Putin telah mengangkat topik penerapan kembali hukuman mati sebagai tanggapan atas serangan tersebut.

 

Ketua komite hukum konstitusi di majelis tinggi Rusia, Andrei Klishas, mendorong lebih banyak pembicaraan semacam itu di Telegram dengan mengatakan bahwa tidak ada majelis parlemen yang dapat “mengatasi keputusan Mahkamah Konstitusi.”

 

Hukuman mati tetap tercantum dalam Konstitusi Rusia namun berada dalam moratorium yang tidak terbatas selama hampir tiga dekade, termasuk sejak Mahkamah Konstitusi pada tahun 2009 secara efektif melarang pengadilan yang lebih rendah untuk memerintahkan eksekusi.

 

Dalam rekaman pidatonya, Putin juga mengulangi dugaan pejabat Rusia lainnya mengenai keterlibatan Ukraina, dengan mengatakan bahwa keempat tersangka pria bersenjata tersebut “berusaha bersembunyi dan bergerak menuju Ukraina, di mana, menurut informasi awal, pihak Ukraina telah menyiapkan jendela bagi mereka untuk melakukan hal tersebut. melintasi perbatasan."

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Fajar Nugraha)