Uni Eropa. Foto: Unsplash.
Arif Wicaksono • 4 November 2023 14:50
Shanghai: Mekanisme Penyesuaian Perbatasan Karbon (CBAM) yang diusulkan oleh Uni Eropa (UE) bisa menciptakan hambatan perdagangan baru bagi ekspor Tiongkok.
Pungutan ini akan menimbulkan ancaman besar bagi produsen baja di Tiongkok, eksportir baja terbesar dunia, selama produksi mereka masih lebih intensif karbon dibandingkan di UE. Importir barang ke UE wajib melaporkan emisi karbon yang terkandung dalam produk tersebut. Biaya akan dikenakan mulai tahun 2026 ketika peraturan tersebut berlaku sepenuhnya.
Retribusi perbatasan karbon bertujuan untuk menempatkan industri UE dan pesaing asing pada posisi yang sama. Kebijakan ini untuk mencegah produsen UE pindah ke wilayah yang peraturan lingkungannya tidak terlalu ketat. Namun, hal ini juga akan meningkatkan biaya produk baja yang dikirim ke UE, sehingga melemahkan daya saing harga Tiongkok.
"Pembentukan CBAM secara sepihak oleh UE pada dasarnya merupakan hambatan perdagangan baru yang diciptakan di bawah naungan rendah karbon,” kata Asosiasi Besi dan Baja Tiongkok (CISA) dikutip dari Channel News Asia, Sabtu, 4 November 2023.
“Ketika negara-negara lain mengambil langkah-langkah perlindungan perdagangan yang timbal balik dan serupa untuk melindungi kepentingan mereka, hal ini akan mengakibatkan biaya perdagangan yang lebih tinggi dan meningkatnya risiko gesekan perdagangan,” kata CISA.
CISA berharap UE untuk mempertimbangkan tantangan biaya dan operasional yang dihadapi konsumen baja hilir akibat perubahan struktur impor dan melakukan lebih banyak komunikasi dengan semua pihak terkait untuk bersama-sama mengatasi tantangan iklim. Skema ini kemungkinan akan meningkatkan biaya ekspor produk baja Tiongkok antara 4 persen dan 6 persen.
Konsultan Wood Mackenzie mengatakan CBAM kemungkinan akan meningkatkan biaya impor baja dari India dan Tiongkok secara signifikan.