PM Haiti Mengundurkan Diri, Imbas Kekerasan Berlanjut

PM Haiti Ariel Henry mengundurkan diri. (AP)

PM Haiti Mengundurkan Diri, Imbas Kekerasan Berlanjut

Marcheilla Ariesta • 12 March 2024 21:00

Bogota: Perdana Menteri Haiti Ariel Henry mengundurkan diri karena meningkatnya insiden kekerasan di negaranya. Kekerasan dilakukan oleh geng terkenal di negara tersebut yang telah memaksa pemilihan umum dibatalkan beberapa kali.

Pengunduran dirinya disampaikan pada Senin, 11 Maret 2024.

“Kami mengakui pengunduran dirinya setelah pembentukan dewan presiden transisi dan menunjuk perdana menteri sementara,” kata Mohamed Irfaan Ali, presiden Guyana dan ketua Komunitas Karibia (CARICOM) saat ini, dalam sebuah pernyataan, dilansir dari Anadolu, Selasa, 12 Maret 2024.

Kepala negara dari 25 negara anggota CARICOM bertemu di Kingston, Jamaika, dalam pertemuan luar biasa guna membahas krisis keamanan Haiti.

Setelah pertemuan tersebut, Henry yang berusia 74 tahun, yang berada di Puerto Rico karena alasan keamanan sejak 5 Maret, memberi tahu CARICOM tentang keputusannya untuk mengundurkan diri.

Sementara itu, anggota geng mencoba melakukan penggerebekan di dua kantor polisi dan Kementerian Dalam Negeri. Namun, mereka berhasil dipukul mundur oleh polisi, menurut media setempat.

Pemimpin geng Jimmy Cherizier, juga dikenal sebagai "Barbekyu," yang tindakannya mengakibatkan ribuan tahanan melarikan diri dari penjara yang berbeda, memperingatkan pada 6 Maret, “Jika Perdana Menteri Henry tidak mengundurkan diri, Haiti akan menjadi surga atau neraka bagi kita semua.”

Geng-geng bersenjata yang menuntut pengunduran diri Henry bentrok dengan pasukan keamanan pada 2 dan 3 Maret, melakukan serangan bersenjata di dua penjara di seluruh negeri. Hampir 4.000 tahanan melarikan diri dalam bentrokan tersebut, dengan 12 orang tewas.

Pada 4 Maret, pemerintah mengumumkan keadaan darurat 72 jam untuk menangkap tahanan yang melarikan diri dan mengumumkan jam malam yang akan diberlakukan pada jam-jam tertentu.

Geng Cherizier berusaha menguasai bandara di ibu kota beberapa kali untuk mencegah Henry kembali ke negara tersebut.

Selama serangan geng tersebut, Henry berada di Nairobi merencanakan pengerahan pasukan keamanan multinasional yang dipimpin oleh Kenya ke Haiti. Keadaan darurat yang diumumkan pada 4 Maret untuk menangkap tahanan yang melarikan diri, diperpanjang selama satu bulan pada 7 Maret.

Baca juga: Haiti Kian Mencekam, Geng Bersenjata Coba Kuasai Bandara Ibu Kota

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Marcheilla A)