Peruri mendukung percepatan penurunan stunting. Foto: Dok istimewa
Eko Nordiansyah • 13 December 2025 10:40
Karawang: Stunting masih menjadi persoalan gizi yang serius di Indonesia, terutama di wilayah pedesaan. Kondisi ini diperburuk oleh rendahnya asupan protein pada balita, pola konsumsi kudapan yang tidak seimbang, serta praktik pemberian makan yang belum optimal di tingkat rumah tangga.
Untuk itu, Peruri mendukung percepatan penurunan stunting melalui Program Pemberian Makanan Tambahan Tinggi Protein bagi balita stunting. Program Tanggung Jawab Sosial & Lingkungan (TJSL) ini dirancang untuk memperkuat intervensi gizi spesifik dan sensitif bagi balita berisiko stunting.
Penanggung Jawab Strategic Corporate Branding dan TJSL Peruri Dawam H menyampaikan, makanan yang didistribusikan dalam program ini bukan sekadar kudapan, melainkan intervensi gizi yang telah diukur secara presisi bersama tenaga ahli dari Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika).
“Oleh karena itu, kami memohon komitmen penuh dari para orang tua agar bantuan ini terserap maksimal oleh tubuh balita, sehingga dampak peningkatan gizinya dapat terlihat nyata,” ujar Dawam dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 13 Desember 2025.

(Program Pemberian Makanan Tambahan Tinggi Protein bagi balita stunting. Foto: Dok istimewa)
Sinergi multipihak ini memasuki tahun ketiga implementasi dan kembali diresmikan di Kantor Desa Parungmulya, Kecamatan Ciampel, Kabupaten Karawang. Desa Parungmulya merupakan salah satu wilayah prioritas percepatan penanganan stunting di Karawang berdasarkan hasil pemantauan lapangan.
Dawam mengungkapkan, Peruri bersama dengan aparat desa, perguruan tinggi, serta instansi pemerintah daerah seperti Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan BKKBN, berupaya mencegah pertumbuhan yang tidak sehat pada balita melalui serangkaian program.
“Program ini mencakup sosialisasi dan studi pendahuluan, skrining status kesehatan dan penyediaan obat, pengembangan serta pelatihan menu makanan, konseling gizi, intervensi, monitoring dan evaluasi, serta diseminasi informasi,” ungkapnya.
Sebanyak 29 balita menerima manfaat dari program ini. Mayoritas balita tersebut berasal dari keluarga dengan ayah yang bekerja sebagai buruh, sopir, ojek, atau pembantu, dan ibu yang berstatus ibu rumah tangga. Sebagian besar orang tua hanya menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SMP dan SMA.
Dengan edukasi dan dukungan yang tepat serta penyediaan akses terhadap makanan bergizi, program ini diharapkan dapat memberikan pengaruh yang signifikan dalam upaya menanggulangi stunting di Desa Parangmulya, menciptakan generasi yang lebih sehat dan kuat di masa depan.
“Keberlanjutan program ini sangat bergantung pada komitmen jangka panjang dan dukungan kolaboratif, yang akan memastikan penurunan prevalensi stunting yang optimal serta memberikan masa depan yang lebih sehat bagi generasi mendatang,” jelas dia.