Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers ASEAN Blue Economy Forum di Tanjung Pandan. Foto: Medcom.id/Husen.
Husen Miftahudin • 3 July 2023 16:00
Tanjung Pandan: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas menyampaikan, Indonesia telah terjebak sebagai negara berpendapatan menengah (middle income trap) selama 30 tahun.
Namun ternyata, Indonesia tidak sendiri. Di Asia Tenggara, pendapatan hampir semua negara terjebak. Hanya Singapura dan Brunei Darussalam yang pendapatannya masuk ke level tinggi (high income country) alias negara maju.
"Kita sudah berada di middle income country lebih dari 30 tahun. Bahkan Malaysia dan Thailand lebih dari 30 tahun, mungkin Malaysia hampir 40 tahun," ungkap Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers ASEAN Blue Economy Forum di Tanjung Pandan, Senin, 3 Juli 2023.
Sementara, lima negara ASEAN lainnya masuk ke dalam kategori berpenghasilan menengah ke bawah, yaitu Kamboja, Laos, Myanmar, Filipina, dan Vietnam.
Ekonomi biru jadi mesin baru pertumbuhan
Terkait hal tersebut, lanjut Amalia, ekonomi biru menjadi salah satu inovasi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan. Bagi negara-negara ASEAN, ekonomi biru juga bisa meningkatkan kelas pendapatan.
"Blue economy ini adalah salah satu jawabannya. Tidak berarti ini adalah satu-satunya untuk menciptakan naik kelas dari middle ke high income, tapi ini salah satunya," tutur dia.
Transisi ke ekonomi biru memberikan peluang untuk mendorong pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sambil mendukung pencapaian berbagai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) di ASEAN.
Menurutnya, ekonomi biru tidak lagi hanya dilihat sebagai upaya kolektif negara-negara anggota ASEAN untuk memitigasi dampak covid-19. Tetapi juga sebagai mesin baru ASEAN untuk pertumbuhan ekonomi domestik.
"Ekonomi biru memaksimalkan potensi ekonomi sumber daya laut dan perairan pedalaman dengan cara yang lebih berkelanjutan dan inklusif, serta sebagai jawaban ASEAN terhadap tantangan masa depan," tutup Amalia.