Wall Street Bervariasi, Saham Energi Jadi Penopang

Wall Street. Foto: Unsplash.

Wall Street Bervariasi, Saham Energi Jadi Penopang

Arif Wicaksono • 28 September 2023 07:30

New York: Indeks saham utama di Amerika Serikat (AS) bergerak bervariasi dengan kecenderungan menguat pada penutupan perdagangan kemarin. Bursa saham AS bergerak positif walaupun ada isu shutdown terhadap Pemerintahan Joe Biden.

Dilansir dari CNBC International, Kamis, 28 September 2023, laju indeks saham Nasdaq naik sebesar 0,22 persen, S&P500 naik sebesar 0,02 persen dan Dow Jones Industrial Avarege (DJIA) melemah sebesar 0,02 persen.

Saham-saham yang alami kenaikan adalah Norwegian Cruiser, Dexcom Inc, Sirius XM Holding, Intel Corp, Chevron Corp, dan Caterpillar Inc. Kemudian saham-saham yang melemah adalah Verizon Communication, McDonald Corp, Merck & Co Inc, PayPal Holding, Newmont Corp, dan PepsiCo Inc.

Saham-saham energi dan pendukungnya serta saham pelayaran menjadi penggerak indeks AS. Sementara itu saham-saham emiten ritel terkoreksi karena kenaikan harga minyak bisa membebani konsumen.

Harga minyak dunia WTI naik sebesar 0,10 persen atau 0,09 poin dengan berada pada level USD93,84 per barel. Harga minyak dunia Brent naik 0,08 persen dengan berada pada level USD94,38 per barel.

Data dari American Petroleum Institute (API) menunjukkan akhir Selasa bahwa stok minyak AS naik hampir 1,6 juta barel dalam sepekan hingga 22 September, naik sedikit setelah turun 5,3 juta barel pada minggu sebelumnya. Selain itu, pemangkasan pasokan dari Rusia dan Arab Saudi membuat harga minyak naik lebih dari 30 persen dalam dua bulan terakhir.

potensi shutdown

Mantan Ketua Sovereign Rating Committee di S&P Global Ratings John Chambers pada saat penurunan peringkat rating AS pada tahun 2011 mengatakan shutdown kemungkinan besar terjadi dan hal tersebut merupakan tanda lemahnya tata kelola Pemerintahan Joe Biden. Hal ini merupakan faktor yang menyebabkan penurunan peringkat S&P pada tahun 2011, dan Chambers mengatakan posisi fiskal AS kini bahkan lebih lemah dibandingkan sebelumnya.

“Saat ini defisit pemerintahan umum, yang merupakan gabungan pemerintah federal dan daerah, melebihi 7 persen PDB dan utang pemerintah mencapai 120 persen PDB. Pada saat itu, kami memperkirakan bahwa hal tersebut akan mencapai 100 persen PDB, dan pemerintah mencemooh kami karena terlalu menakut-nakuti,” kata dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)