Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Foto: Metrotvnews.com/Kautsar Widya Prabowo.
Fachri Audhia Hafiez • 9 November 2025 21:10
Jakarta: Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) setuju pemberian gelar pahlawan nasional kepada Presiden kedua RI Soeharto dan Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Jasa keduanya dinilai telah berkontribusi besar dalam perjalanan bangsa.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pendahulunya. Gus Dur dan Pak Harto, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, telah memberikan sumbangsih luar biasa bagi Indonesia semasa hidupnya,” kata AHY di Jakarta, Minggu malam, 9 November 2025.
Menurut AHY, pengakuan negara terhadap jasa para presiden terdahulu merupakan tanda kedewasaan bangsa. Khususnya dalam melihat sejarah secara utuh dan adil, tanpa terjebak pada perbedaan politik masa lalu.
“Setiap era memiliki tantangan dan konteksnya sendiri. Tugas kita hari ini adalah melanjutkan perjuangan mereka, memperkuat persatuan, menegakkan keadilan, dan memastikan rakyat hidup sejahtera,” ujar AHY.
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Menko Infrawil) itu mencontohkan, ketika pendiri Partai Demokrat,
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), menjabat sebagai Presiden keenam RI. SBY juga memberikan gelar pahlawan nasional kepada mantan Presiden Soekarno, pada 2012.
"Tentu ada pro dan kontra, tetapi Bapak SBY ketika itu melihatnya secara komprehensif melalui mekanisme yang berlaku. Sebagai manusia biasa, Bung Karno pasti ada kekurangan juga, tetapi kontribusinya kepada negara, tidak mungkin dilupakan. Itulah yang membuat Pak SBY yakin untuk memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Bung Karno," imbuh AHY.
Presiden kedua RI Soeharto dan Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Foto: Dok. Program Melawan Lupa dan Kick Andy Metro TV.
Partai Demokrat, kata AHY, menilai bahwa keputusan pemberian gelar ini juga menjadi momentum untuk mempererat silaturahmi kebangsaan. Khususnya di tengah dinamika politik yang terus berkembang.
"Semangat rekonsiliasi dan penghargaan terhadap jasa para pemimpin bangsa akan memperkukuh fondasi kebangsaan dan memperkuat optimisme menuju masa depan Indonesia yang lebih baik," ujar AHY.