Fakta-Fakta Penolakan Geothermal di NTT: Suara Keras Biarawan-Biarawati

Koordinator Aliansi Terlibat Bersama Korban Geothermal Flores, Felix Baghi. Dok. Metro TV

Fakta-Fakta Penolakan Geothermal di NTT: Suara Keras Biarawan-Biarawati

M Rodhi Aulia • 13 March 2025 13:54

Jakarta: Sejumlah biarawan, biarawati Katolik, dan ratusan warga yang tergabung dalam Aliansi Terlibat Bersama Korban Geothermal Flores menggelar unjuk rasa di Kantor DPRD dan Kantor Bupati Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT). Aksi ini merupakan bentuk protes terhadap pembangunan proyek geothermal di Mataloko, yang dinilai merusak lingkungan, mengganggu ekosistem, dan berdampak buruk bagi kehidupan masyarakat.

Massa aksi yang dikawal oleh aparat kepolisian dari Polres Ngada membawa baliho dan spanduk berisi tuntutan penghentian proyek geothermal. Mereka juga melakukan orasi di depan Kantor DPRD, menegaskan bahwa proyek ini harus segera dihentikan sebelum kerusakan semakin meluas.

1. Dampak Proyek Geothermal terhadap Masyarakat

Menurut hasil penelitian dan asesmen lapangan selama satu tahun, proyek geothermal di Flores telah menyebabkan kerusakan lingkungan, penurunan hasil pertanian, terganggunya sumber air, serta perubahan ekosistem lokal.

Masyarakat yang tinggal di sekitar proyek merasakan langsung dampaknya, terutama dalam aspek ekonomi dan kesehatan.

"Yang paling dirasakan adalah menurunnya hasil ekonomi, kerusakan rumah-rumah, perubahan suhu udara, dan gangguan pernapasan," kata Koordinator Aksi, Felix Baghi, dikutip dari Metro Siang, Metro TV, Kamis, 13 Maret 2025.

Selain itu, warga juga mengeluhkan bahwa aktivitas pengeboran geothermal telah menyebabkan retakan di beberapa rumah dan berpotensi menimbulkan bencana lingkungan yang lebih besar.

Baca juga: Presiden Prabowo Undang Pandawara Group Bahas Pencegahan Banjir

2. Sikap Tegas Biarawan dan Biarawati

Keikutsertaan biarawan dan biarawati Katolik dalam aksi ini menegaskan bahwa penolakan terhadap proyek geothermal bukan hanya kepentingan masyarakat lokal, tetapi juga bagian dari perjuangan moral dan etis dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Para biarawan dan biarawati menilai bahwa proyek ini bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Gereja tentang keadilan sosial dan perlindungan alam.

"Pembangunan harus mengutamakan kesejahteraan manusia dan kelestarian lingkungan. Jika justru merugikan masyarakat, maka ini adalah ketidakadilan yang harus dihentikan," ujar salah satu biarawati yang ikut dalam aksi.

3. Tuntutan Warga: Hentikan Proyek Geothermal

Dalam aksinya, Aliansi Terlibat Bersama Korban Geothermal Flores mengajukan tiga tuntutan utama kepada pemerintah daerah dan pihak terkait:

  • Menghentikan segera proyek geothermal di Mataloko, karena telah terbukti merusak lingkungan dan berdampak buruk bagi masyarakat.
  • Melakukan investigasi independen terhadap dampak lingkungan yang ditimbulkan, termasuk aspek kesehatan, ekonomi, dan sosial.
  • Memastikan partisipasi penuh masyarakat dalam setiap keputusan terkait proyek energi di wilayah mereka, agar pembangunan yang dilakukan benar-benar berpihak pada kesejahteraan warga.

4. Sikap Pemerintah: Belum Ada Respons Resmi

Hingga saat ini, pemerintah daerah setempat belum memberikan tanggapan resmi terhadap tuntutan warga. Namun, aksi unjuk rasa ini diharapkan dapat mendorong pemerintah untuk meninjau ulang proyek geothermal di Mataloko dan mengambil langkah konkret untuk melindungi lingkungan serta hak-hak masyarakat setempat.

Warga menegaskan bahwa mereka akan terus berjuang hingga proyek ini dihentikan, demi menjaga kelestarian alam dan kesejahteraan masyarakat Flores.

(Avifa Aulya)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(M Rodhi Aulia)