Kampanye Makan Bergizi Hak Anak Indonesia: Negara Pastikan Gizi Seimbang untuk Generasi Emas 2045

Kepala Badan Gizi Nasional Prof. Dadan Hindayana (Foto:Dok.Metro TV)

Kampanye Makan Bergizi Hak Anak Indonesia: Negara Pastikan Gizi Seimbang untuk Generasi Emas 2045

Rosa Anggreati • 20 November 2025 13:45

Jakarta: Badan Gizi Nasional (BGN) meluncurkan kampanye nasional bertajuk "Makan Bergizi Hak Anak Indonesia" pada Senin, 17 November 2025, di Jakarta. Kepala BGN Prof. Dadan Hindayana, menegaskan bahwa program ini menjadi prioritas Presiden Prabowo Subianto untuk membentuk generasi muda yang sehat, kuat, dan siap bersaing pada masa depan.

Prof. Dadan mengungkapkan fakta lapangan yang menjadi alasan utama program Makan Bergizi Gratis (MBG) didorong secara nasional. Sebagian besar anak Indonesia lahir dari keluarga berpendidikan rata-rata hanya 9 tahun, sehingga pemahaman dan akses terhadap gizi seimbang masih rendah.

“Dari intervensi yang kita lakukan di lapangan, 60% anak Indonesia tidak punya akses terhadap menu gizi seimbang, dan 60% lainnya hampir tidak pernah minum susu karena tidak mampu membelinya,” ucap Prof. Dadan.

Situasi ini mendorong pemerintah hadir memastikan tidak ada anak yang kelaparan atau mengalami kekurangan gizi. Prinsip besar program ini ditegaskan dalam dua pesan utama: “Anak Kenyang, Anak Siap Belajar” dan “Gizi Bukan Bantuan, Ini Hak.”

Penelitian menunjukkan bahwa anak yang berangkat sekolah dengan perut kosong sulit berkonsentrasi dan mengalami gangguan dalam proses belajar. Kekurangan gizi juga berdampak pada daya tahan tubuh, energi harian, serta kualitas pertumbuhan fisik dan kognitif.
 


“Kita ingin memastikan anak-anak mendapatkan menu gizi seimbang agar tumbuh sehat, kuat, dan enerjik,” ujar Prof. Dadan.

Generasi yang hari ini berada dalam kandungan, balita, atau duduk di bangku PAUD-SMA, adalah kelompok yang 20 tahun mendatang akan menjadi tenaga kerja produktif Indonesia. Kualitas gizi mereka hari ini menjadi penentu daya saing bangsa.

“Kalau kita tidak siapkan gizi mereka sejak dini, kita khawatirkan kualitas generasi produktif kita tidak mampu bersaing dengan negara lain,” kata Prof. Dadan.
 

Tantangan Utama: Distribusi, Kualitas Layanan, dan Rantai Pasok


Indonesia sebagai negara kepulauan menghadapi tantangan geografis besar. Pada fase awal, tantangan terbesar adalah distribusi makanan bergizi ke seluruh penjuru negeri. Setelah program berjalan, muncul tantangan berikutnya yaitu memastikan kualitas layanan dan keamanan pangan di seluruh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).

Hingga kini terdapat 15.300 SPPG yang melayani 44,2 juta anak, dan jumlah tersebut akan terus bertambah. Tantangan baru pun muncul: pemenuhan rantai pasok pangan bergizi.

“Anak-anak jarang makan telur dua kali seminggu, jarang makan ayam atau daging. Sekarang kita hadirkan itu secara rutin. Ini membutuhkan rantai pasok yang solid dan berkelanjutan,” tutur Prof. Dadan.

BGN mengidentifikasi sekitar 8.200 SPPG daerah terpencil yang kini dibangun bekerja sama dengan Satkes Pemda. Fasilitas ini ditargetkan beroperasi dalam dua bulan untuk menjangkau anak-anak yang tinggal lebih dari 30 menit dari pusat layanan terdekat.

“Negara memastikan tidak ada satu pun hak anak Indonesia yang terlewatkan untuk mendapatkan makan bergizi,” ucapnya.
   

Menu Gizi Disesuaikan dengan Lokalitas: Ada Spaghetti hingga Burger


BGN tidak mematok harus menu nasional, tetapi tetap menetapkan standar komposisi gizi:
  • 30% protein
  • 40% karbohidrat
  • 30% serat dan mineral
Menu disusun oleh ahli gizi lokal berdasarkan potensi pangan daerah dan kesukaan anak setempat. Satu hari per minggu diberikan ruang untuk menu sesuai permintaan seperti spaghetti, burger, hingga nasi padang, selama tetap memenuhi komposisi gizi. Kebijakan ini membuat MBG lebih fleksibel dan dekat dengan selera anak-anak di setiap daerah.
 

Partisipasi Masyarakat: 100% SPPG Dibangun oleh Kemitraan Warga


Prof. Dadan menyampaikan apresiasi besar kepada masyarakat. Seluruh SPPG yang berdiri saat ini merupakan hasil partisipasi masyarakat, bukan bangunan dari dana pemerintah.

“Mitra-mitra ini adalah pejuang merah putih yang membantu negara memenuhi hak anak Indonesia untuk makan bergizi,” katanya.

Namun, dengan cakupan baru mencapai 53%, masih ada 47% anak yang harus segera mendapatkan akses makan bergizi sebelum akhir tahun.
 

BGN Berkomitmen Jaga Kepercayaan Publik


Beberapa insiden yang terjadi di lapangan menjadi evaluasi serius bagi BGN. Penguatan kualitas, keamanan pangan, dan transparansi akan terus dijalankan.

“Kami berusaha sekuat tenaga agar kejadian serupa tidak terulang. Anak-anak harus tumbuh sehat, kuat, cerdas, dan ceria karena makanan yang mereka konsumsi bergizi dan aman," kata Dadan.

Dengan berbagai upaya strategis yang terus dilakukan, pemerintah melalui Badan Gizi Nasional menegaskan komitmennya bahwa setiap anak Indonesia berhak memperoleh gizi seimbang tanpa terkecuali. Tantangan distribusi, kualitas layanan, hingga rantai pasok menjadi pekerjaan besar yang ditangani secara bertahap dan terukur.

Melalui kolaborasi pemerintah, masyarakat, dan para mitra, program Makan Bergizi Hak Anak Indonesia diharapkan mampu melahirkan generasi masa depan yang lebih sehat, cerdas, dan berdaya saing tinggi. Ini adalah investasi jangka panjang bangsa untuk memastikan Indonesia memiliki generasi emas yang kuat, tidak hanya untuk hari ini, tetapi untuk puluhan tahun ke depan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Rosa Anggreati)