Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 28 July 2025 10:27
Damaskus: Suriah akan menyelenggarakan pemilihan umum parlemen pada September mendatang, yang merupakan pemilu pertama sejak lengsernya Presiden Bashar al-Assad di akhir 2024, menurut keterangan Ketua Komite Tertinggi Pemilu Majelis Rakyat, Mohammed Taha al-Ahmad, kepada kantor berita resmi SANA dan dikutip The Washington Post, Senin, 28 Juli 2025.
Menurut al-Ahmad, pemungutan suara akan berlangsung antara tanggal 15 hingga 20 September. Pemilu ini menjadi bagian penting dari masa transisi politik yang tengah berlangsung di Suriah, setelah pasukan oposisi merebut kekuasaan melalui serangan besar-besaran yang menjatuhkan Assad pada Desember lalu.
Dari total 210 kursi yang tersedia di Majelis Rakyat Suriah, sepertiganya akan ditunjuk langsung Presiden interim Ahmed al-Sharaa. Sisanya akan diisi melalui proses pemilu.
Dalam wawancara terpisah dengan situs berita Erem News, anggota panitia pemilu Hassan al-Daghim menjelaskan bahwa kolese elektoral akan dibentuk di masing-masing provinsi Suriah untuk memilih anggota parlemen dari jalur pemilihan.
Konstitusi sementara yang ditandatangani Presiden al-Sharaa pada Maret lalu juga mengatur pembentukan Komite Rakyat yang berfungsi sebagai parlemen transisi hingga konstitusi permanen disahkan dan pemilu umum dapat diselenggarakan. Proses ini diperkirakan memakan waktu bertahun-tahun.
Pengumuman ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan politik dan sosial di Suriah, menyusul pecahnya kekerasan sektarian di Provinsi Sweida dua pekan terakhir. Konflik tersebut telah menewaskan ratusan orang dan mengancam stabilitas proses transisi pascaperang.
Bentrok terjadi akibat aksi saling culik antara klan Bedouin bersenjata dan kelompok pejuang dari minoritas agama Druze. Intervensi militer oleh pasukan pemerintah, yang awalnya dimaksudkan untuk meredam konflik, justru memperkeruh situasi karena dituding memihak klan Bedouin.
Beberapa personel militer pemerintah dilaporkan mengeksekusi warga sipil Druze serta melakukan pembakaran dan penjarahan rumah.
Situasi ini memicu keterlibatan Israel, yang melancarkan serangan udara terhadap pasukan pemerintah Suriah dan markas besar Kementerian Pertahanan di Damaskus. Pemerintah Israel menyatakan intervensi telah dilakukan untuk melindungi komunitas Druze di Suriah. (Muhammad Reyhansyah)
Baca juga: Rekonstruksi Suriah Dimulai, Presiden Sharaa Serukan Persatuan Nasional