Triawati Prihatsari • 28 April 2025 21:07
Sukoharjo: Kasus guru sekaligus Kepala Sekolah diduga melecehkan puluhan siswanya di Sukoharjo diketahui sudah berlangsung sejak 2020. Jumlah korban pelecehan yang dilakukan DI, 37, diduga mencapai 20 siswa.
"Berdasarkan pengaduan awal, kejadian awal mulai tahun 2020 dan terus berlanjut. Pelaku sudah diamankan dan telah mengakui perbuatannya," ujar Kasatreskrim Polres Sukoharjo AKP Zaenudin, di Sukoharjo, Senin, 28 April 2025.
Sementara itu, pihak sekolah yang berlokasi di Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo tersebut menyatakan siap memberikan pendampingan bagi para korban. Pendamping hukum sekolah, Endro Sudarsono mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan kepolisian terkait psikologis para korban.
"Waktu itu sudah ada keterangan psikolog. Namun atas arahan kepolisian kami melibatkan psikolog yang memiliki badan hukum resmi. Kami akhirnya berkoordinasi dengan RSJD Kentingan," bebernya, di Sukoharjo.
Ia menambahkan, pihak sekolah mendata ada sekitar 20 anak menjadi korban. Dari jumlah tersebut, 19 anak merupakan siswa sekolah tersebut dan satu anak dari luar sekolah.
"Dari 19 korban ini, ada yang sudah alumni dari angkatan pertama sampai pada angkatan tahun ini, angkatan kelima," tegasnya.
Sebelumnya, puluhan siswa Sekolah Dasar (SD) swasta di Sukoharjo diduga menjadi korban pelecehan seksual gurunya sendiri. Seluruh korban diketahui merupakan murid laki-laki menjadi korban pelecehan guru yang juga menjabat sebagai kepala sekolah di sekolah swasta tersebut.
Peristiwa pelecehan di lingkungan sekolah tersebut pertama kali terungkap saat orangtua korban melapor ke Polres Sukoharjo. Kapolres Sukoharjo AKBP Anggaito Hadi Prabowo mengungkapkan, pelaku berinisial DI, 37 telah diamankan.
"Pelaku sudah ditahan untuk penyelidikan lebih lanjut," ujarnya.
Penasihat hukum korban, Lanang Kujang Pananjung menjelaskan, peristiwa dugaan pelecehan seksual terjadi sekitar tiga tahun lalu. Korban merupakan siswa kelas I hingga VI. Menurutnya, ada korban yang saat ini sudah lulus dari sekolah tersebut. Ia mengatakan, sudah ada laporan ke pihak sekolah sebelumnya, namun tidak ada tanggapan.
"Jumlah korban mencapai 20 anak. Tindakan pelecehan dilakukan mulai dari jam istirahat siang, kegiatan ekstra kurikuler hingga kegiatan kemah. Modusnya macam-macam, istirahat itu ada jam tidur siang, terus waktu ekstra kurikuler berenang. (Korban) Dibawa masuk ke kamar mandi, pas ganti baju terus dikunci dari dalam, dilecehkan. Dan waktu kemah juga ada," terangnya.