Lebih dari 30 Tentara Yaman Tewas dalam Serangan Separatis di Hadhramaut

Lebih dari 30 tentara Yaman tewas dalam serangan separatis di Hadhramaut, memicu intervensi diplomatik Saudi–Emirat. (Anadolu Agency)

Lebih dari 30 Tentara Yaman Tewas dalam Serangan Separatis di Hadhramaut

Willy Haryono • 13 December 2025 18:49

Sanaa: Lebih dari 30 tentara Yaman tewas dalam serangan yang dilakukan pasukan separatis di Provinsi Hadhramaut, Yaman timur, menurut laporan kantor berita Saba yang mengutip pernyataan staf umum angkatan bersenjata Yaman, Jumat, 12 Desember.

Staf umum tersebut menuduh pasukan separatis selatan mengeksekusi tawanan dan membunuh tentara yang terluka, tindakan yang dianggap sebagai pelanggaran berat terhadap hukum internasional. Sedikitnya 32 perwira dan tentara tewas, sementara 45 lainnya terluka. Sejumlah personel juga dilaporkan masih hilang.

Menurut pernyataan itu, kelompok separatis berupaya merebut wilayah kaya minyak tersebut untuk mengacaukan stabilitas Hadhramaut dan merusak proses politik di bawah otoritas pemerintah Yaman yang diakui secara internasional.

Pada Jumat, seorang sumber pemerintah Yaman mengatakan kepada RIA Novosti bahwa delegasi Saudi–Emirat tiba di Aden untuk membahas penarikan pasukan separatis dari provinsi-provinsi timur.

Delegasi itu bertemu anggota Dewan Kepemimpinan Presiden (PLC), Aidarus al-Zubaidi, yang juga memimpin Dewan Transisi Selatan (STC), guna meredakan ketegangan terkait penguasaan Hadhramaut dan Al-Mahrah.

Pembahasan mencakup mekanisme penarikan pasukan STC ke posisi mereka sebelumnya serta pengalihan kendali wilayah kepada pasukan yang loyal kepada Ketua PLC, Rashad Al-Alimi. Pekan lalu, sumber pemerintah Yaman juga melaporkan bahwa Al-Alimi mengunjungi Arab Saudi untuk membahas meningkatnya eskalasi militer di wilayah timur.

Ketegangan memuncak setelah pasukan STC mengambil alih lembaga pemerintah dan bandara di Hadhramaut dalam konflik dengan suku-suku setempat terkait minyak. Pada awal Desember, kelompok yang berafiliasi dengan STC merebut ladang minyak Al Masilah setelah bentrokan dengan Aliansi Suku Hadhramaut, yang telah menjaga lokasi tersebut selama lebih dari satu tahun.

Bentrokan tersebut menyebabkan 12 korban tewas dan luka-luka dari kedua pihak. Situasi itu memaksa perusahaan minyak untuk menghentikan produksi yang sebelumnya mencapai 85.000–90.000 barel per hari.

Baca juga:  Yaman Selatan Memanas, Pasukan STC Kuasai Istana Republik di Kota Seiyun

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Willy Haryono)