KLHK Catat Luas Karhutla Capai 10 Ribu Hektare pada Kuartal-I 2024

Ilustrasi. Foto: Dok Medcom.id

KLHK Catat Luas Karhutla Capai 10 Ribu Hektare pada Kuartal-I 2024

Media Indonesia • 13 April 2024 09:44

Jakarta: Indonesia masih terkepung kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sejumlah wilayah khususnya di Kepulauan Sumatra dan Kalimantan. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang terekam dalam Satelit Terra/Aqua (NASA), dengan confidence level high terdapat 343 titik panas pada periode Januari hingga 12 April dengan jumlah luas lokasi hutan yang terdampak karhutla sebesar 10.909,55 hektar.

“Periode triwulan pertama ini, kejadian karhutla banyak terjadi di Kalimantan Timur dengan jumlah hotspot pada 1 Januari-14 April adalah 107 titik. Sedangkan luas karhutla pada periode sampai dengan Februari 2024 seluas 3.425,56 Ha. Beberapa waktu lalu Manggala Agni berhasil memadamkan karhutla di beberapa lokasi,” ujar Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK, Thomas Nifinluri kepada Media Indonesia, Sabtu, 13 April 2024.

Thomas menyebut, saat ini beberapa provinsi seperti Riau dan Kalimantan Timur telah mendominasi adanya bencana karhutla. Dari berbagai kasus yang ada, faktor perubahan cuaca dan kegiatan pembukaan lahan menjadi penyebab utama terjadinya kebakaran.

“Pada umumnya karhutla di Indonesia disebabkan oleh kegiatan manusia untuk membuka lahan untuk keperluan pertanian, perkebunan maupun pemukiman. Proses mitigasi juga telah dilakukan dengan meminimalisir peningkatan titik api dengan berbagai cara,” jelasnya.

Thomas lebih lanjut mengatakan pemerintah terus melakukan antisipasi dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan di wilayah Indonesia, terutama di berbagai daerah dengan kolaborasi pemerintah daerah, TNI dan Polri serta berbagai kelompok masyarakat.

“Akan dilakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di areal hutan dan areal gambut yang sudah dilaksanakan sejak Maret sampai dengan September mendatang. Pemerintah juga sudah menyiapkan data didukung oleh BMKG dan BRIN serta TNI untuk menyiapkan alutsista mendukung upaya TMC di daerah rawan,” jelas dia.

Sementara itu, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menyebut, laporan BNPB mencatat, Karhutla terjadi di beberapa pulau Sumatera seperti Riau dengan wilayah terdampak hingga 9 Ha, kabupaten Bener meriah dan Aceh Tenggara (Aceh) dengan luas masing-masing 2 Ha dan 3 Ha. Hal ini menurutnya masih bisa ditanggulangi pada tingkat daerah.

“Untuk bencana kebakaran hutan yang dominan sekarang ada di Sumatera di bagian utara karena telah masuk musim pancaroba kering sehingga mudah terjadi kebakaran. Untuk kasus kebakaran lahan gambut masih cukup minor sehingga pemerintah daerah masih bisa menanggulangi dengan SDM yang ada, namun mulai April kita juga akan melangsungkan rapat koordinasi dengan pemerintah daerah untuk melakukan apel kesiapsiagaan menghadapi karhutla,” ungkapnya.
 

Baca juga: 

BMKG Prediksi Jakarta Sabtu Pagi Cerah Berawan, Siang hingga Malam Hujan



Terpisah, Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Andri Ramdhani mengatakan potensi karhutla sepekan kedepan berdasarkan sistem prediksi Fire Danger Rating System (FDRS) BMKG, teridentifikasi akan terjadi di daerah dengan tingkat kemudahan terbakar

“Dalam kategori lapisan atas permukaan sangat mudah terbakar, berpotensi terjadi di sebagian wilayah Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara,” ujar dia.

Andri mengatakan pantauan Satelit Polar (NOAA20, S-NPP, TERRA dan AQUA) telah memberikan gambaran kondisi saat ini di sebagian wilayah Sumatra dan Kalimantan mulai terdeteksi adanya area hotspot. Khususnya selama bulan April 2024 terlihat bahwa hotspot dengan tingkat kepercayaan tinggi paling banyak terjadi di wilayah Kalimantan Timur dengan jumlah sebanyak 24 kejadian.

“Hasil analisis cuaca sepekan terakhir, menunjukkan bahwa saat ini kondisi cuaca di Sumatera bagian tengah hingga utara umumnya masih terjadi hujan sehingga penambahan area kebakaran hutan khususnya di Provinsi Riau belum signifikan,” jelasnya.

Lebih lanjut Andri menjelaskan bahwa sebagian daerah di Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, hingga Kalimantan Utara curah hujan sudah mulai menurun seiring dengan bertambahnya area kemunculan hotspot. Namun demikian, apabila curah hujan mulai menurun dan penyinaran matahari intens, potensi kebakaran hutan semakin meningkat dapat terjadi di wilayah tersebut.

Sementara itu, Andri menjelaskan secara umum musim kemarau tahun 2024 di pulau Sumatera akan dimulai pada periode Juni-Juli, sedangkan di sebagian wilayah Kalimantan Barat mulai masuk kemarau di bulan Juni. Sementara itu wilayah Kalimantan lainnya di bulan Juli-Agustus.

“Perlu diwaspadai potensi peningkatan hotspot pada periode-periode tersebut sehingga perlu dilakukan langkah mitigasi yang kongkrit dari semua pihak terkait. BMKG terus memberikan update informasi dan memonitor perkembangan hotspot sebagai langkah identifikasi dini dalam rangka pencegahan karhutla melalui Sistem Peringatan Kebakaran Hutan dan Lahan (SPARTAN),” ungkapnya. (Devi Harahap)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)