Serangan Israel ke Gaza Tidak Bisa Hanya Dilawan dengan Suara

Masyarakat Palestina ikut melawan penjajahan Israel. (EFE/EPA)

Serangan Israel ke Gaza Tidak Bisa Hanya Dilawan dengan Suara

Marcheilla Ariesta • 10 April 2024 20:45

Jakarta: Militer Israel berencana melakukan serbuan ke Rafah. Koordinator Humas Aksi Hari Al-Quds Internasional se-Indonesia Dede Azwar mengatakan, yang dilakukan rezim zionis Israel harus diatasi dengan perlawanan, tak hanya dengan suara.

 

"Rakyat Rafah, atau Gaza secara umum bukan hanya korban. Mereka adalah pahlawan karena tetap bertahan di Tanah Air mereka," kata Dede saat dihubungi, Rabu, 10 April 2024.

 

Menurut Dede, pemberitaan media saat ini terlalu terpaku pada penderitaan warga Gaza saja. Padahal, kenyataan di lapangan mereka melakukan perlawanan terhadap penjajahan Israel.

 

"Sikap saya terhadap rencana Israel menyerbu Rafah, jelas ini harus disetop, tapi bukan dengan suara, melainkan dengan perlawanan," tegasnya.

 

Menurutnya, rezim Zionis tidak mengenal bahasa selain perang, jadi harus mendapat perlawanan. Ini yang menjadi alasannya sangat membela Palestina.

 

"Kenapa kami membela Palestina begitu keras karena ini soal penjajahan," tutur Dede.

 

Kelompok WUC Kritisi Hamas

 

Dede juga mengkritisi jejaring aktivis World Uighur Congres (WUC) yang justru mengecam Hamas tapi tidak pernah mengkritisi penjajahan dan kekerasan Israel sejak 1948 sampai sekarang.

 

Menurutnya, WUC merupakan kelompok yang didanai oleh National Endowment for Democracy (NED) milik Amerika Serikat. 

 

“Mereka (WUC) sudah didaftar, disebut pemerintah Tiongkok sebagai teroris,” jelas Dede. Dengan markas di Munich, Jerman, Dede mengatakan sudah bisa dipahami bahwa WUC merupakan ‘alat’ Barat untuk mendestabilisasi Tiongkok.

 

“Sekarang identitasi keislaman mereka pakai untuk dibenturkan dengan Hamas. Yang kita tahu, Hamas jatuh bangun membela Palestina,” kata dia.

 

Menurut Dede, WUC tidak mengerti bahwa yang terjadi di Palestina ini adalah kolonialisme sejak 1948. Dan hal tersebut, kata dia, sudah terbukti dalam sejarah.

 

Ia menambahkan, era Hitler saja penjajahannya tidak separah yang terjadi di Gaza. Dede juga menuturkan, protes bakar diri di Amerika Serikat (AS) beberapa waktu lalu menjadi hal yang luar biasa dalam membela Palestina.

 

"(Protes) Itu menunjukkan frustrasi yang luar biasa di diri mereka, bahkan di rakyat Barat sendiri dan ini harus kita jadikan catatan. Karena serangan (Israel) ini tidak bisa ditoleransi lagi," tegasnya.

 

Saat ini, lebih dari 33 ribu jiwa menjadi korban tewas serangan Israel di Gaza. Mayoritas korban tewas adalah anak-anak dan perempuan.

 

Irlandia dan Eropa Mau Akui Palestina

 

Selain itu, Dede juga menjawab terkait keinginan Irlandia dan negara Eropa untuk mengakui Palestina sebagai negara. Menurutnya, hal tersebut sah-sah saja.

 

Meski demikian, dukungan tersebut harus dengan catatan, apakah murni mendukung kemerdekaan Palestina di semua wilayah termasuk Gaza atau hanya mendukung pemerintahan yang akan memimpin Palestina saja.

 

“Kalau pengakuan lebih ke otoritas Palestina yang sekarang, kami tidak masuk dalam permainan ini,” tegas Dede.

 

Menurutnya, pengakuan tersebut harus di semua wilayah Palestina, baik itu Tepi Barat, Gaza dan Yerusalem.

 

“Dalam bahasa kami, kita tidak menempuh jalur pengkhianatan, itu bukan kita,” ucapnya.

 

Saat ini, Irlandia dan beberapa Negara Uni Eropa siap memberikan pengakuan de jure terhadap Palestina sebagai negara. Australia pun sedang mempertimbangkan hal yang sama.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Marcheilla A)