Ilustrasi Tupperware. Foto: Instagram
Wisnu Artosubari • 19 September 2024 12:36
Jakarta: Tupperware Brands Corporation mengajukan kebangkrutan. Ini hanya beberapa bulan setelah pembuat wadah penyimpanan makanan ikonik asal Amerika itu menutup pabrik terakhirnya yang tersisa di AS di tengah kesulitan keuangan.
Perusahaan tersebut secara resmi mengumumkan keputusan sukarelanya untuk memulai proses Chapter 11 di Pengadilan Kepailitan AS untuk Distrik Delaware pada Selasa, 17 September 2024.
Perusahaan tersebut mencatatkan estimasi aset senilai USD500 juta-USD1 miliar dan estimasi liabilitas senilai USD1 miliar-USD10 miliar, menurut pengajuan kebangkrutan, yang menunjukkan jumlah kreditur berada di antara 50.001-100.000.
Keuangan perusahaan terdampak ekonomi global
"Baik anggota tim Tupperware yang berdedikasi, berjualan, memasak bersama, atau sekadar menyukai produk Tupperware kami, Anda bagian dari keluarga. Kami berencana untuk terus melayani pelanggan kami yang berharga dengan produk berkualitas tinggi yang mereka sukai dan percayai selama proses ini," kata Presiden dan CEO Tupperware, Laurie Ann Goldman, dalam suatu pernyataan, dilansir Media Indonesia, Kamis, 19 September 2024.
"Selama beberapa tahun terakhir, posisi keuangan perusahaan sangat terdampak oleh lingkungan ekonomi makro yang menantang. Akibatnya, kami menjajaki berbagai opsi strategis dan memutuskan ini jalan terbaik kedepan. Proses ini dimaksudkan untuk memberi kami fleksibilitas penting saat kami mencari alternatif strategis untuk mendukung transformasi kami menjadi perusahaan yang mengutamakan teknologi digital dan lebih siap melayani para pemangku kepentingan kami," jelas dia.
Tupperware meminta pengadilan untuk mengizinkan operasi lanjutan melalui konsultan penjualan dan mitra ritel, serta daring, menurut siaran pers. Perusahaan didirikan pada 1946 oleh ahli kimia Earl Tupper.