Pelaku bisnis jepang. Foto: Unsplash.
Beijing: Survei menuturkan 13 persen perusahaan Jepang mengurangi operasi mereka di Tiongkok. Hal ini dilakukan siapapun yang akan memenangi pilpres Amerika Serikat (AS).
Melansir Channel News Asia, Kamis, 15 Agustus 2024, survei juga memaparkan tiga persen akan memperluas bisnis mereka. Serta 47 persen berencana untuk mempertahankan eksposur mereka saat ini.
Di antara mereka yang berpikir untuk mengurangi operasi di Tiongkok, 35 persen mengatakan mereka tidak melihat prospek pemulihan ekonomi. Kemudian 29 persen menyebutkan persaingan harga yang ketat, dan 29 persen lainnya menyebutkan risiko keamanan ekonomi sebagai alasan untuk mengurangi operasi tersebut.
Perekonomian Tiongkok tumbuh jauh lebih lambat dari perkiraan pada kuartal kedua dan ekspornya meningkat pada laju paling lambat dalam tiga bulan pada Juli. Hal ini menjadi catatan terhadap kekhawatiran terhadap prospek sektor manufaktur Tiongkok yang luas.
Perusahaan-perusahaan besar Jepang yang telah mengumumkan pengurangan operasi mereka di Tiongkok dalam beberapa bulan terakhir termasuk Honda Motor dan Nippon Steel.
Intervensi valas
Survei tersebut juga menunjukkan 24 persen responden memandang intervensi yang baru-baru ini dilakukan di pasar valuta asing oleh otoritas Jepang adalah hal yang tepat, dibandingkan dengan sembilan persen responden yang menganggap tindakan tersebut tidak tepat dan 64 persen berpendapat tindakan tersebut tidak dapat dihindari.
Yen terus jatuh pada awal tahun ini meskipun ada intervensi pada April dan Mei, menyentuh level terendah dalam 38 tahun di 161,96 terhadap dolar pada 3 Juli. Pemerintah Jepang diduga akan mengambil tindakan lagi pada pertengahan Juli untuk membatasi yen.
"Pelemahan ekstrim pada yen harus dikoreksi. Mau bagaimana lagi?" kata seorang pejabat di sebuah perusahaan elektronik.
Ketika ditanya apakah Bank of Japan harus menaikkan suku bunga untuk menopang yen, 51 persen mengatakan langkah tersebut hanya diperbolehkan ketika nilai tukar berfluktuasi secara berlebihan.
Sementara 22 persen mengatakan mereka tidak mendukung perubahan kebijakan moneter yang bertujuan untuk mempengaruhi mata uang.
Harapan terhadap mata uang yen
Berdasarkan ekspektasi terhadap yen, 32 persen memperkirakan yen diperdagangkan pada kisaran 145 hingga 150 per USD pada akhir tahun, sementara 25 persen memperkirakan mata uang Jepang akan menguat pada kisaran 140 hingga 145 per USD.
Sementara itu, 25 persen memperkirakan mata uang Jepang akan menguat pada kisaran 140 hingga 145 per USD, sementara 22 persen melihatnya diperdagangkan antara 150 hingga 155 per USD.
Nikkei Research menghubungi 506 perusahaan dari tanggal 31 Juli hingga 9 Agustus atas nama Reuters untuk melakukan survei, dan 243 perusahaan menanggapinya.